Laman

Kamis, 03 Mei 2018

Orang Jateng Bisa Membuat SIM Banten di Kab Tangerang? (Bagian 2/ 3)

..

Mulanya aku sempat bingung karena Pos 4 Ujian Teori tidak mempunyai loket seperti di pos-pos sebelumnya. Hanya ada sebilah pintu di hadapanku dan tak ada tanda-tanda pintu itu akan dibuka secara berkala. Meski hanya sedikit, aku sempat merasa ngeri. Ngeri kenapa aku mengurus SIM sendiri di tanah perantauan ini. Aku tak tahu ke mana aku harus bertanya: tidak ada petugas yang menggunakan baju seragam, aku tidak bisa membedakan yang mana petugas dan yang mana orang awam sepertiku. Satu dua kali aku sempat bertanya, akan tetapi jawaban yang aku dapatkan tidaklah pasti. Semuanya simpang siur.

Perlahan mulai terbersit dalam pikiranku, kepengurusan SIM yang kurang jelas ini, jangan-jangan memang ada unsur kesengajaan, mengingat propinsi ini termasuk salah satu propinsi dengan peringkat korupsi tertinggi di Indonesia.

"Panggilan kepada Bapak Indrayana, Bapak Kristanto.., ", tiba-tiba terdengar suara yang memecah pergumulan batinku. Uh, sialnya aku tidak mendengarkan panggilan itu sampai selesai. Aku hanya bergerak masuk ke dalam sebuah ruangan yang dimasuki orang sesaat setelah diumumkannya panggilan itu. Sebelum aku masuk, aku sempat membaca nama ruangan itu: Pos 6 Foto dan Rekam Sidik Jari. Ruangan itu cukup ramai: ada orang yang menunggu sambil duduk, ada pula orang yang menunggu sambil berdiri. Ada 2 meja kerja yang terdapat di ruangan itu. Aku kembali bertanya di dalam hati, "Apakah benar aku dipanggil masuk ke sini? Kenapa dari Pos 3 aku langsung dipanggil ke Pos 6? Di meja kerja manakah aku harus mengantri?".

Satu per satu nama orang dipanggil di ruangan itu untuk difoto dan direkam sidik jarinya. Aku, bersama puluhan orang di ruangan itu pun tampak berkonsentrasi menunggu datangnya panggilan kedua itu. Dua puluh menit menunggu, namaku belum juga disebut oleh petugas yang ada di kedua meja kerja itu. Pikiranku kembali mengajak diriku berdialog: "Kami seperti sedang berada di sebuah penjara, di mana panggilan dari petugas artinya adalah kami akan diselamatkan". Pertanyaannya tinggal, apakah nama kami benar-benar akan dipanggil petugas tersebut? Aku sempat gugup melihat bahwa petugas-petugas itu memegang setumpukan berkas-berkas - yang aku tidak tahu apakah itu dari Pos 3 Penyerahan Berkas, Pos 4 Ujian Teori, atau Pos 5 Ujian Praktik -. Orang keluar masuk silih berganti terus menerus memberikan tambahan berkas kepada kedua petugas itu. Yang menjadi pertanyaanku: Bagaimana seandainya berkasku jatuh? Bagaimana seandainya berkasku dilewati terus oleh petugas, tenggelam ketika banyak berkas baru yang ia terima dari orang-orang yang hilir mudik tadi? Berbekal ilmu dan pengalaman yang kudapatkan di perusahaan tempatku bekerja, mengamati ketidakefektifan ini rasa-rasanya aku akan sanggup membuat lusinan PDCA dari mekanisme pembuatan SIM tanpa masalah yang berarti. Dan inilah salah satu alasanku menulis artikel ini: untuk mengabadikan current state-nya. Apakah pembaca bisa membantu memikirkan future state-nya? :)

.. dan aku pun tiba-tiba melihat berkasku! Secara kebetulan, ia tertumpuk pada bagian paling atas! Aku pun mengikuti ke arah mana saja berkas itu akan dibawa - dari petugas di meja 1 ke petugas di meja 2. Namaku sempat dipanggil lagi oleh petugas di meja 2 untuk memasuki ruangan. Aku pun hanya tersenyum terheran-heran, karena sudah dari tadi aku memasuki ruangan ini. Ini tidak efektif. Aku pun harus menunggu sejenak lagi sampai semua nama dalam berkas itu sudah disebutkan namanya oleh petugas. Akhirnya, datang juga saat yang ditunggu-tunggu. Namaku dipanggil dan aku - dengan gaya menirukan anak anjing yang melihat tulang - dengan patuh segera mengikuti segala instruksi untuk foto dan rekam sidik jari. AKHIRNYA!

Sebelum meninggalkan meja petugas di Pos 6 itu, aku kembali bertanya ke pos mana aku harus menuju setelah ini. Petugas itu kembali menyebutkan Pos 4. Aku pun kembali bertanya-tanya dalam hati. Ah, aku ini sudah dari pos 6, sudah difoto dan direkam sidik jari, kenapa diminta kembali ke pos 4 untuk ujian teori? Mungkin aku tidak akan mengajukan pertanyaan seperti itu, seandainya ada sedikit kejelasan di Pos 4. Sekali lagi, aku hanya bisa melihat sebilah pintu yang tertutup di sana, bertuliskan jadwal tes yang hanya dimulai 1 jam sekali. Waktu menunjukkan pukul 10:35. Apakah benar aku harus menunggu sampai jam 11, dan pintu itu akan terbuka sesuai jadwalnya? Atau apakah aku, mendapatkan hak privilege untuk memperoleh SIM tanpa ujian, sehingga sudah diizinkan masuk ke pos foto? Ini karena memang aku bukan mengajukan SIM untuk yang pertama kalinya.. Sungguh, aku tidak tahu di pos mana aku seharusnya memposisikan diriku untuk menunggu. Pos 7 ada di lorong depan sana, tempat orang-orang mengambil SIM mereka. Apakah setelah foto, aku tinggal menunggu di depan seperti mereka?

Sedikit intermezzo. Pojok baca di seberang pos 4 ini sudah menjadi tempat incaranku untuk menunggu dalam proses pembuatan SIM. Hanya saja, aku khawatir apabila aku sudah tenggelam dalam membaca buku, aku bisa saja melewatkan panggilan dari pos selanjutnya.. Sebuah panggilan yang menyelamatkan jiwa kami dari penjara ketidakpastian ini :)

Alhasil, kata-kata Bung Hatta ini pun, tidak dapat aku implementasi dalam kasus pengurusan SIM ini. Aku rasa-rasanya tidak akan bebas apabila aku di penjara bersama buku di tempat ini. Satu-satunya yang bisa membebaskanku hanyalah sebuah panggilan nama yang cukup random tadi, baik secara nama, pos maupun timing :D

Menunggu panggilan di depan pintu pos 4 sampai lewat jam 11 membuatku cukup yakin bahwa pos 4 ini kemungkinan besar hari ini ditiadakan, karena pintu itu tidak sekalipun terbuka. Mungkin orang yang mengajukan SIM hari ini memang yang sedang memperpanjang SIM semua, sehingga tidak membutuhkan syarat ujian lagi. Aku pun beranjak dari tempat duduk dan bergerak untuk menunggu di Pos 7: Pos Pengambilan SIM. Memakai ilmu cocokologi dalam mengambil kesimpulan: kalau aku sudah difoto dan direkam sidik jari di pos 6, bukankah itu artinya aku tinggal menuju pos 7?

Adapun pos 4 merupakan pos ujian teori dan pos 5 adalah ujian praktik. Pintu pos 5 berada di samping pintu belakang pos 4. Aku bisa melihat kedua pos pintu itu ketika aku menunggu di ruang tunggu pos 7. Senyum nyinyir terpancar dari wajahku ketika aku justru mendapat panggilan dari pintu belakang pos 4.. Ujian Teori! Ternyata aku memang harus mengikuti ujian teori terlebih dahulu. Aku pun memasuki ruangan itu. Ketegangan sempat kurasakan. "Jangan-jangan aku tidak lulus, atau kalau aku lulus pun, SIM ku tidak akan bisa jadi hari ini karena lembar jawabnya tidak mungkin dikoreksi dalam waktu sebentar..", gumamku dalam hati. Oleh petugas berseragam polisi itu, aku dipandu untuk duduk di depan sebuah komputer, tempat di mana aku harus mengerjakan soal-soal ujian teori itu. Ahaaa, ilmu baru..! Ternyata ujian teori dalam proses pembuatan SIM itu sudah  computer-based. Ini artinya, kemungkinan besar hasil ujian akan bisa langsung diketahui di detik aku melakukan submit jawaban. Setelah mengisi identitas dan menjawab beberapa kuesioner awal, soal-soal ujian praktik pun muncul.

Kami hanya diberi waktu 15 menit untuk menyelesaikan 30 soal yang berbentuk pilihan ganda. Di sini, aku tidak mau berkomentar lebih jauh terkait soal-soalnya, takut kalau dikira memberi bocoran soal hehehe.. Benar saja, setelah submit, aku pun segera mendapatkan pemberitahuan skor yang aku peroleh. Bersamaan dengan itu, aku melihat secarik kertas print out yang keluar dari printer komputer dari petugas pengawas yang ada di depan. Aku dinyatakan LULUS! "Yeaaay, tidak ada halangan dari ujian teori, akhirnya aku akan bisa memperoleh SIM hari ini". Demikian kataku dalam hati. Aku pun segera keluar pos 4 melalui pintu belakang untuk selanjutnya menuju ke Pos 5: Ujian Praktik.

Sedikit dag-dig-dug tentunya, karena aku sempat mendengar bahwa banyak orang tidak lulus ujian SIM karena ujian praktiknya. Kita diminta untuk jalan maju membuat angka 8 ataupun diminta jalan mundur secara zig-zag. Dan ternyata.. - sebelum aku sempat berpikiran macam-macam - petugas pos 5 menyebutkan, "Kami mohon maaf, jalan di depan sedang diaspal. Sekali lagi maaf, apakah Bapak bisa kembali ke sini hari Selasa? Bapak bisa langsung ke sini, tinggal membawa kertas hasil ujian teori ini saja, tidak perlu mengantri di depan di pos-pos sebelumnya lagi". Aku kemudian melihat jam dinding. Waktu memang telah menunjukkan jam 12 kurang 5. Aku sudah punya janji dengan teman-temanku jam 13. Mungkin memang belum rezekiku untuk bisa mendapatkan SIM hari Sabtu ini.. 

..atau mungkin aku memang diberi kesempatan untuk latihan menyetir lagi..
ke Rumah Dunia Serang untuk berjumpa dengan Mbak Nana Najwa Shihab!

Salam Literasi..! 

.. (bersambung)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar