Laman

Minggu, 26 Maret 2023

Bukan hanya Aktor Pemerintah, Ini Arti Governance menurut Chat GPT - AI (Artificial Intelligence)

Mari belajar menulis lagi

Kurang lebih tujuh bulan yang lalu, saya memutuskan untuk kembali berkuliah. Berkuliah alias belajar lagi. Kembali berkuliah setelah 7 tahun meninggalkan  dunia akademik, membuat saya mesti ekstra beradaptasi lagi.

Anda dan saya tapi termasuk makhluk yang beruntung, karena perkembangan dunia teknologi informasi saat ini telah melahirkan dosen/ asisten yang super canggih bernama AI (Artificial Intelligence). Saya berkenalan lebih dekat dengan "robot" yang satu ini dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem Informasi: Pak Ridwan Sanjaya. Beliau memperkenalkan AI dengan GPT atau Generative Pre-Training yang dapat diakses melalui tautan berikut chat.openai.com

Supaya tulisan saya yang berikutnya lebih terdengar lebih akademis, yuk bisa yuk langsung saja ya.. 

Kata Governance berasal dari kata "to govern/ governing". Kita mungkin lebih akrab dengan kata Government yang sering diterjemahkan menjadi pemerintah. Pak Wijanto Hadipuro pertama kali memperkenalkan saya dengan kata ini, yang pada semester berikutnya dibahas lagi lebih panjang lebar oleh Pak Benny (Benediktus Danang Setianto). Kata Governance lebih luas dari sekedar kata Pemerintahan (aktornya hanya pemerintah), tetapi juga memiliki kata Pengaturan. Kata Pengaturan selanjutnya saya terjemahkan menjadi regulasi/ peran regulator yang juga dimiliki oleh pemerintah. Kata Governance ternyata belum memiliki padanan/ terjemahan yang mampu menjelaskan maknanya secara utuh di dalam Bahasa Indonesia.

Kembali ke Chat GPT. Berikut ini merupakan pertanyaan yang saya lontarkan dan jawaban yang AI berikan terhadap kata Governance:

"K: apakah governance juga bisa dilakukan oleh aktor non pemerintah?

A: Ya, governance atau tata kelola tidak hanya dilakukan oleh aktor pemerintah, tetapi juga dapat dilakukan oleh aktor non-pemerintah, seperti organisasi nirlaba, sektor swasta, atau kelompok masyarakat sipil. Hal ini disebabkan karena prinsip-prinsip tata kelola yang baik dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi dan entitas, baik yang bersifat publik maupun swasta.

Penerapan tata kelola yang baik oleh aktor non-pemerintah dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka secara lebih efektif dan efisien, serta memperkuat kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap mereka. Contoh dari penerapan tata kelola yang baik oleh aktor non-pemerintah adalah dengan mematuhi standar etika dan transparansi dalam kegiatan mereka, melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan memastikan akuntabilitas dan integritas dalam setiap tindakan yang dilakukan.

K: apakah itu berarti governance juga perlu dilakukan secara penta-heliks, atau hexa-heliks? melibatkan akademisi, media, dan LSM

A: Ya, dalam beberapa konteks, praktik tata kelola yang baik dapat diterapkan melalui pendekatan penta-heliks atau hexa-heliks, yang melibatkan berbagai aktor dari berbagai sektor dan bidang. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan multistakeholder, di mana keputusan dan implementasi kebijakan melibatkan partisipasi berbagai pihak yang memiliki kepentingan dan peran dalam suatu masalah atau isu.

Dalam pendekatan ini, akademisi, media, dan LSM dapat memiliki peran yang penting dalam membantu mengawasi dan memantau proses tata kelola serta memberikan masukan dan perspektif yang berbeda dari pihak pemerintah atau sektor swasta. Akademisi dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka dalam memahami isu-isu yang kompleks dan memberikan rekomendasi solusi yang berbasis bukti. Media dapat membantu mengawasi dan memantau tindakan pemerintah atau sektor swasta, serta memberikan informasi yang transparan dan akurat kepada masyarakat. LSM dapat menjadi wakil dan suara masyarakat dalam mengadvokasi kepentingan mereka, serta memastikan bahwa proses tata kelola berjalan dengan akuntabel dan adil.

Dengan melibatkan berbagai aktor dari berbagai sektor dan bidang, pendekatan multistakeholder dapat memperkuat proses tata kelola dan meningkatkan kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka."

Singkatnya, Governance adalah kita. Governance berbicara tentang keseimbangan, bukan dominasi, sekalipun kekuatan triple/penta/hexaheliks selalu penuh dinamika dan akan terus berkontestasi memperebutkan kekuatan..


KP, 26 Maret 2023

Minggu, 19 Maret 2023

Tips Nyobain Naik Angkutan Umum Trans Semarang: Jalan-jalan PP cuman habis Rp 4.000 (2/2)

 .. singkat cerita, naiklah saya ke Angkutan Feeder - yang dilayani dengan Armada Elf. Adapun waktu itu, armada hanya terisi 5 penumpang dari total kapasitas 18 penumpang  (Load Factor = 28%?). Bisa jadi, ini adalah efek dari penambahan armada pada Feeder koridor 3 yang semula hanya 12 unit kini menjadi total 20 unit (selengkapnya dapat dibaca di sini https://www.suaramerdeka.com/semarang-raya/pr-046532084/trans-semarang-tambah-delapan-armada-feeder-rute-pasar-banyumanik-terminal-penggaron).

Sesampai di Terminal Banyumanik, saya pun duduk di halte menunggu kedatangan bus BRT. Sambil menunggu, saya mengamati papan bertuliskan Trans Jateng. Hal ini mengindikasikan bahwa halte bus TransSemarang (TS) dan halte bus TransJateng (TJ) di tempat tersebut letaknya di lokasi yang sama. Eeeh, lokasi pemberhentian bus TS dan TJ tidak selalu berlokasi di halte yang sama ya? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, izinkan saya untuk lanjut menceritakan tips dulu sesuai judul tulisan. Tidak sampai 10 menit menunggu, akhirnya sebuah bus datang dan berhenti di Halte Terminal Banyumanik. "Koridor 2 tujuan Terminal Terboyo, persiapan", demikian seru salah seorang petugas di halte tersebut, memberikan petunjuk kepada para calon penumpang bahwa bus yang datang adalah Bus TS koridor 2 (Terminal Sisemut Ungaran - Terminal Terboyo Semarang/ Sisemut - Terboyo). Saya pun lanjut menaiki bus tersebut, bertualang ke Semarang-bawah.

Tempat duduk penumpang Bus TS dipisah menjadi tempat duduk penumpang laki-laki dan perempuan. Ketika saya menghitung jumlah kursinya, terdapat total 23 tempat duduk di bus berukuran sedang tersebut (biasanya disebut bus ukuran 3/4).  Dari 23 tempat duduk, hanya terdapat 5 - 6 kursi untuk penumpang laki-laki, dan saya beruntung bus tidak sedang ramai sehingga saya bisa mendapatkan tempat duduk. Apakah saya perlu membayar tiket lagi? Tentu tidak, mengingat saya tidak keluar dari halte. Dari angkutan feeder, saya bisa oper ke bus TS tanpa harus membayar lagi. Pertanyaan selanjutnya: Saya mau turun di halte mana ya? Rasanya bakal kemaleman deh kalau harus ikut bus sampai tujuan akhir Terminal Terboyo :D

Tiba-tiba saya teringat kembali saat-saat di mana saya pernah naik Bus TS pada tahun 2018 - 2019. Pada saat itu saya mengenal ada 2 Halte Bus TS untuk lokasi transit, yaitu Halte Elisabeth dan Halte Balaikota. Di Halte Kagok - halte sebelum Bunderan Elisabeth - kondektur bus sempat menyampaikan, "Kagok. Yang mau transit, yang mau transit persiapan..". Sebagai penumpang bus awam, saya belum familiar dengan halte transit yang satu ini sehingga saya pun mengurungkan niat untuk transit. Dan ternyata, bus yang menuju ke arah Terboyo ini tidak melewati Halte Elisabeth :( Saya pun melanjutkan perjalanan dan memutuskan untuk transit di Halte Balaikota - halte pusat transit berikutnya yang saya ketahui.

Sesampai di Simpang Tugu Muda, saya agak deg-degan mengingat kini arus lalu lintas satu arah diberlakukan untuk Jalan Imam Bonjol dan Jalan Pemuda. Saya sih tetap yakin kalau tetap bisa transit di Halte Balaikota, tapi pertanyaannya, di halte yang sebelah mana bus ini akan berhenti? Secara umum, Layanan Bus TransSemarang berbeda dengan Bus TransJakarta (TiJe), di mana halte Bus Tije terletak di pulau di tengah-tengah jalan - sehingga benar-benar memungkinkan orang untuk tidak keluar halte, apabila ingin naik bus ke arah sebaliknya. Halte Bus TS, sekalipun terletak di halte pusat transitnya di Halte Balaikota, sesempit pemahaman saya, Bus TS belum bisa menjawab tantangan ini. Menyeberang jalan untuk menaiki bus dengan arah sebaliknya, pasti akan dianggap keluar halte sehingga perlu membayar lagi.

Dan ternyata saya berhenti di halte yang berada di sebelah kiri jalan. Seingat saya, halte ini merupakan halte yang akan dilewati Bus Terboyo - Sisemut yang mengarah ke Semarang-atas/ Sisemut. Jadi, saya pun transit di halte, untuk kembali menaiki Bus TS dengan arah sebaliknya - arah pulang ke tempat saya berangkat. Berhasilkah saya naik bus tanpa bayar tiket lagi? Jawabannya iyesss, saya tanpa bayar - karena saya terhitung sedang transit = tidak keluar halte.

Seandainya saya keluar halte - mungkin untuk coba menaiki Bus Trans Jateng (TJ) - dapat dipastikan bahwa saya akan diminta untuk membayar tiket lagi. Di Halte Balaikota, halte Bus TJ tidak berada di lokasi yang sama dengan halte Bus TS - walaupun Halte Balaikota adalah halte pusat transit. Kenapa bisa begitu? Yaaa, mungkin kali lain akan saya ceritakan. Ceritanya bertahap saja ya, karena saya pun juga baru menyadari akhir-akhir ini bahwa layanan angkutan umum itu rumit: lebih dari sekedar menyediakan bus dan menginjak pedal gasnya. Ada komponen-komponen lain misalnya halte, yang walaupun terlihat sepele tetapi sebenarnya sangat menentukan kualitas layanan angkutan umum yang berbasis transit ini. 

Singkat perjalanan, saya pun akhirnya dapat kembali tiba di Halte Terminal Banyumanik pada pukul 19:30. Sayang, angkutan feeder sudah habis jam segini, sehingga saya harus berjalan kaki lebih jauh. Namun, perjalalanan sore-malam ini sangatlah menarik: ada beberapa poin pembelajaran yang saya dapatkan, dan untuk itu saya benar-benar hanya mengeluarkan Rp 4.000 - untuk sebuah round trip/ perjalanan pulang-pergi ini. Hidup BRT Metropolitan Semarang, hidup TransSemarang..!

Penulis berharap teman-teman yang lain mesti cobain deh layanan angkutan umum yang satu ini. Supaya tidak bingung, mungkin bisa dimulai dari Halte Terminal Banyumanik, atau dari Halte Balaikota saja? Selamat mencoba. Mari ikut berkontribusi terhadap upaya sharing kendaraan - kita bergerak bersama dalam rangka mengurangi emisi CO2 di perkotaan dari sektor transportasi.


KP, 19 Maret 2023

*Ke depannya, saya juga harus mencoba Bus TJ agar dapat menyediakan variabel pembanding :D

Kamis, 09 Maret 2023

Tips Nyobain Naik Angkutan Umum Trans Semarang: Jalan-jalan PP cuman habis Rp 4.000 (1/2)

.. dan 'disiplin pribadi' itu sedang coba saya praktikkan.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah menulis tentang Tips Menempuh Perjalanan dari Bandara Ahmad Yani di Semarang: kristantoirawanputra.blogspot.com/2015/09/transportasi-dari-bandara-ahmad-yani.html. Hari ini, saya kembali ingin mencoba membagikan tips (sekaligus review) tentang BRT Trans Semarang di tahun 2023.

Pada penghujung tahun 2019, angkutan feeder/ pengumpan diluncurkan oleh BRT dengan bentuk kelembagaan BLU UPTD ini. Nah, singkat cerita, pada tahun 2022 BRT Trans Semarang meluncurkan angkutan feeder koridor ke-3 nya dengan rute Terminal Banyumanik - Terminal Penggaron (via Sigar Bencah). Sebagai penduduk baru Kecamatan Banyumanik, Senin lalu saya mencoba Feeder BRT ini (6 Maret 2023). 


Pulang dari kantor, saya berjalan kaki menyusuri Jalan Tirto Agung sampai Jalan Durian Raya untuk mencari "Papan Plang bertuliskan BRT" sebagai halte dari angkutan feeder tersebut. Adapun papan plang di Jalan Durian yang terletak pada sisi Taman Tirto Agung adalah halte untuk angkutan yang akan menuju ke Penggaron (via Sigar Bencah), sedangkan papan plang yang di seberang sebelah baratnya adalah halte untuk angkutan yang akan menuju ke Terminal Banyumanik (via Jalan Bina Remaja - Jalan Sukun Raya - Jalan Jati Raya - Jalan Tusam Raya - Jalan Karang Rejo - Terminal Banyumanik). Nah, info ini penting ya Gaes, karena papan plang yang ada di sana sayangnya 1) tidak memberikan informasi ini, apalagi 2) informasi terkait jadwal kedatangan/ keberangkatan angkutan feeder-nya (mungkin minimal ada jam operasional terakhirnya gitu, jadi orang yang mau naik feeder kan nggak kecelek)

Sebenarnya saya pengen pergi ke Penggaron (supaya bisa lebih lama nyobain angkutan feeder nya hehe), tapi apa daya waktu itu keliru malah naik feeder yang justru arahnya ke Terminal Banyumanik. Tapi alhamdulilah, justru karena itulah Anda dan saya bisa bertemu melalui tulisan dengan judul ".. cuman habis Rp 4.000" ini.. (to be continued)


KP, 9 Maret 2023

Disiplin Pribadi Mendorong Tumbuh Kembangnya Kreativitas

Demikian kiranya kalimat yang tertulis pada Prasasti Ki Suratman yang berada di Kampus SMA Taruna Nusantara Magelang.

Dilihat dari sudut pandang etimologi, kata 'disiplin' tentunya tidak terasosiasi erat dengan kata 'kreativitas'. Keduanya bahkan cenderung bertolak belakang, mengingat kata 'disiplin' mengandung arti menjalankan hal yang sama secara kontinyu, sebaliknya, kata 'kreativitas' terasosiasi dengan kata 'inovasi' - baru/ hal lain yang berbeda dari yang sudah pernah ada.

Namun demikian, saya menerjemahkan kalimat tersebut mengandung arti, "Bisa itu karena biasa. Jika kamu berdisiplin, kamu akan berkemampuan, sehingga dapat lebih cepat mengerjakan suatu hal yang bersifat rutin. Selanjutnya, akhirnya kamu akan mempunyai waktu lebih yang kamu idam-idamkan untuk memikirkan dan mengerjakan hal yang lain - sesuai kreativitasmu".

Terjemahan di atas bisa jadi keliru, karena saya pribadi belum pernah bertanya langsung pada Ki Suratman, maupun melakukan studi terkait hal tersebut. Akan tetapi, menganut paham Post-Modernisme - di mana semua kebenaran adalah relatif - secara mantap dan meyakinkan saya yakin dengan kebenaran hal tersebut, karena rasa-rasanya cukup sesuai dengan konteks kehidupan yang saya jalani ini.

Saya perlu lebih disiplin dalam menulis. Selain karena menurut Pramoedya Ananta Toer menulis adalah bekerja untuk keabadian, menulis ternyata adalah sebuah cara agar dunia mengenal kita.


KP, 8 Maret 2023