Laman

Rabu, 21 Oktober 2020

Pameran Tanaman Sayur di SPP Qaryah Thayyibah Salatiga

PRESS RELEASE

“Pameran Tanaman Sayur” di SPP Qaryah Thayyibah Kalibening, Salatiga

Sabtu, 17 Oktober 2020

Bertempat di Kantor Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) di Kalibening, 5 (lima) komunitas berkumpul berjejaring sambil memamerkan tanaman-tanaman sayur mereka. Adapun kelima komunitas berikut komoditas yang dibawanya adalah sebagai berikut

1. SPPQT dengan rak tanaman dari bambu

2. Rumah Bibit dengan benih dan bibit sayurnya

3. Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Salatiga dengan tanaman-tanaman sayurnya

4. Yayasan Sion Salatiga dengan tanaman sayurnya

5. Gerakan Stop Timbun Barang (Gestimba) dengan bibit, waluh, dan Kopi Muncar nya

Kegiatan Pameran Tanaman Sayur ini diadakan pada tanggal 17 Oktober 2020, dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia sehari sebelumnya.


                Kegiatan pameran tatap muka ini diadakan secara terbatas, baik panitia maupun pesertanya hanya berasal dari 5 komunitas. Kegiatan yang dilaksanakan di ruang terbuka dengan protokol kesehatan ini sejatinya sudah dimulai pada hari Jumat. Tim panitia mengangkut tanaman-tanaman sayur dari peserta, khususnya dari ibu-ibu yang tergabung dalam Balai Perempuan (BP) KPI. Ada 4 BP yang berpartisipasi dalam pameran kali ini, yaitu BP Noborejo, BP Sidorejo Kidul, BP Kutowinangun Lor, dan BP Mangunsari...

(bersambung)

Kamis, 17 September 2020

Aktivitas Online Classroom Hopekids Ijo Lumut Masuk ke kiddo.id

Yuhuuu, setelah jalan 8 sesi akhirnya kelas online art & craft kami bisa masuk ke kiddo.id https://kiddo.id/product/hopekidsijolumut-online-classroom-art-craft/


Kami bahagia bisa dipercaya melayani anak-anak dan bisa menjangkau daerah yang lebih luas lagi..

Salam kreasi..!

Kamis, 26 Maret 2020

Sabtu Ini, #DirumahAja Kita Earth (& Humanity) Hour yuk!

Siapa pernah main Harvest Moon di PS 1 (PlayStation 1)?
Ya, tagline di Game Harvest Moon itu adalah "Back to Nature" alias Kembali ke Alam..

Akhir-akhir ini terdapat banyak sekali pemberitaan mengenai Virus Corona di seluruh dunia. Menariknya, juga mencuat postingan dari beberapa teman saya mengenai fenomena berkurangnya polusi udara di Planet Bumi secara signifikan. Seakan-akan kita semua diingatkan melalui Virus Corona ini untuk peduli lingkungan dan kembali ke alam lagi. Akan tetapi, benarkah polusi udara di dunia berkurang karena Gerakan Social Distancing #DirumahAja maupun kebijakan Lockdown di beberapa negara di dunia?

Bicara soal media berita lingkungan hidup, saya merekomendasikan media yang satu ini:


Seperti kita ketahui bersama, selain CO2 (Karbondioksida, gas efek rumah kaca), transportasi menggunakan kendaraan bermotor juga menghasilkan emisi gas NO2 (Nitrogen Dioksida) yang telah mengakibatkan polusi udara. Nah, seperti tampak pada gambar di atas, intensitas NO2 di Negara Tiongkok memang terbukti telah berkurang secara signifikan di bulan Februari lalu.

Bagaimana dengan Polusi Udara di Indonesia?
Kebijakan Social Distancing dan Kampanye #DirumahAja yang semakin gencar dikerahkan oleh instansi/ komunitas berangsur-angsur memang akhir-akhir ini telah membawa banyak perubahan di Indonesia. 

Meskipun demikian, Mas Bondan dari Juru Kampanye Energi Greenpeace Indonesia menyebutkan bahwa polusi udara di Jakarta tidak berkurang setelah sepekan lalu ada kebijakan Work from Home/ WFH di sana: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200324092036-199-486319/sepekan-wfh-disebut-tak-mengurangi-polusi-udara-jakarta. Salah satu yang menjadi faktor penyebab adalah adanya sumber-sumber polusi tidak bergerak yang masih terus beroperasi di masa isolasi ini.

Kota lainnya?
Saya menemukan referensi pengukuran oleh Air Visual yang dikelola oleh Timmy si Robot Artificial Intelligencehttps://www.idntimes.com/news/indonesia/timmy-si-robot/kualitas-udara-semarang-sedang-lebih-baik-dari-salatiga-tetapi-lebih-buruk-dari-pekalongan. Di situ disebutkan bahwa kualitas udara di Kota Salatiga pada tanggal 16 Maret 2020 lalu lebih baik dari Kota Semarang, tetapi 3 hari lalu (pada tanggal 23 Maret 2020) lebih buruk dari Kota Semarang. Penyebabnya? Sayangnya tidak disebutkan di situ.

Nah, setiap akhir Maret, WWF (World Wide Fund for Nature) telah merangkul lebih dari 180 negara-negara di dunia untuk bersatu dalam Gerakan "Earth Hour 60+", di mana kita semua diajak untuk melalukan aksi sederhana untuk menunjukkan kepedulian terhadap Bumi: mematikan lampu selama 60 menit + di malam hari. Tahun ini, Earth Hour di seluruh dunia akan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2020 pada pukul 20:30 - 21:30+ waktu setempat. Saya pribadi melihat Aksi Earth Hour ini cukup penting untuk dilakukan untuk
1) Mengurangi "gangguan" yang selama ini kita timbulkan di malam hari terhadap makhluk hidup di Bumi
2) Menghemat listrik, mengurangi polusi udara yang selama ini telah menjadi beban Planet Bumi
3) + Keheningan untuk Solidaritas Kemanusiaan terhadap seluruh umat manusia yang terdampak Krisis karena Virus Corona

Hari      : Sabtu, 28 Maret 2020
Pukul    : 20:30 - 21:30 WIB (waktu setempat)
Tempat : #DirumahAja 

Usul/ saran dan pertanyaan dapat diajukan ke WA +62 813-5898-2549 (Kak Miko)

#IniAksiku
#Connect2Earth
#RaiseYourVoiceForNature

Cukup simpel kan? OK deh, kami tunggu kebersamaan kita semua dalam mewujudkan #SalatigaPetengNdedetBenBumiMari dan #KeheninganSalatigaUntukSolidaritasKemanusiaan Malam Minggu nanti, yang pastinya dilakukan #DirumahAja ..! 

Kamis, 19 Maret 2020

Belajar Mengasah Rasa lewat Joli Jolan Surakarta

Di hari keempat Social Distancing untuk Percepatan Penanganan #Covid19 ini, saya ingin berbagi cerita mengenai sebuah komunitas baru di kota tetangga Surakarta yang diberi nama "Joli Jolan"


Ya, Kata Joli Jolan ini diambil dari kata Bahasa Jawa jol - ijolan yang artinya adalah tukar - menukar. Tagline "Ambil sesuai kebutuhanmu, Sumbangkan sesuai kemampuanmu" adalah sebuah kalimat sederhana yang membuat saya tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang komunitas yang baru didirikan pada bulan Desember 2019 ini. Faktor penarik lainnya adalah karena salah satu pendiri komunitas baru ini adalah seorang dosen komunitas kami di bidang transportasi: Mbak Septi.

Dilansir dari https://www.instagram.com/joli_jolan/, barang-barang yang bisa saling ditukarkan (diambil dan disumbangkan) di komunitas ini antara lain
  • Pakaian
  • Buku bacaan
  • Perlengkapan rumah tangga
  • Peralatan sekolah
  • Perkakas/ hiasan rumah
  • Makanan
  • Keperluan hewan peliharaan
  • Memorabilia/ barang koleksi
Pada tanggal 15 Februari 2020, setelah event Edukasi #1 Aman Berlalu Lintas di Alun-alun Pancasila, Anelis (Tim Ijo Lumut) dan saya mencoba memperkenalkan terminologi Joli Jolan ini kepada Masyarakat Kota Salatiga dengan Giveaway Mainan Daur Ulang dari Galeri Ijo Lumut. Ya, galeri edukasi dan kreasi daur ulang yang satu ini memang cukup produktif dalam menghasilkan berbagai macam mainan anak-anak memanfaatkan barang bekas. Saya menilai tak ada salahnya membagikan mainan-mainan ini setidaknya dengan 2 alasan utama: 1) Cek ombak, apakah mainan anak-anak bisa diterima masyarakat, apakah bisa dimasukkan sebagai komoditas Joli Jolan, dan 2) Memberikan edukasi kepada seniman-seniman cilik Ijo Lumut bahwa tangan di atas memang akan selalu lebih baik daripada tangan di bawah 


Berikut ini beritanya:
"Puji Tuhan dalam waktu kurang dari 2 jam mainan-mainan kami sudah habis diapresiasi oleh anak-anak. Ya, sekali lagi mainan adalah dunianya anak-anak. Memberikan inspirasi melalui mainan daur ulang semoga mampu menyampaikan pesan lingkungan: kamu pun bisa membuat mainanmu sendiri. Bahan-bahannya melimpah di sekitarmu, yang biasa kamu sebut dengan sampah itu lho hehe"
Sumber: Instagram @ilumut365

Cukup positif bukan? Nah, sayangnya benar terjadi seperti yang saya perkirakan: Hari itu hampir semua anak dan orang tuanya mengambil mainan, tetapi tidak ada satu pun yang ikut menyumbangkan. Well, ada 2 kemungkinan sih: 1) Gerakan ini memang baru dilakukan 1x sehingga banyak yang masih belum tahu dan tidak prepare mainan untuk ikut disumbangkan; 2) Tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat kita memang masih lebih suka mengambil barang secara gratisan dan lupa bahwa ia pun sebenarnya telah mampu menyumbangkan barang juga.

Kebetulan, GKJ Sidomukti Salatiga juga tertarik untuk ikut mengimplementasikan Gerakan Joli Jolan ini di Salatiga. Faktor pendorong tersebut membuat saya mencoba meluangkan waktu untuk datang ke Rumah Basecamp Joli Jolan di Surakarta pada tanggal 7 Maret 2020 lalu, untuk mengamati dan belajar dari para pakar di Komunitas Joli Jolan ini secara langsung. 

Setiba di sana, saya langsung disuguhi makan siang sambil ngobrol dengan teman-teman di Surakarta yang berlatar belakang beragam: mulai dari anak sekolah, kuliahan, pekerja formal, dan non formal. Sambil asyik ngobrol, saya melakukan pengamatan dan observasi terhadap suasana Joli Jolan yang ada di sana dan mempelajari setidaknya beberapa poin berikut
a) Anak-anak yang datang ke Joli Jolan diberi konsumsi susu kotak. Supaya ada effort sedikit untuk mendapatkannya, si anak perlu melewati karpet dengan gambar telapak tangan/ telapak kaki di mana si anak harus menempelkan telapaknya sesuai gambar tersebut untuk maju melangkah mendekati kotak dibagikannya susu kotak


b) Adapun pembiayaan untuk membeli susu itu didapatkan dari kotak kardus bertuliskan "Donasi Parkir untuk Membeli Susu Kotak" yang diisi oleh para pengunjung Joli Jolan yang membawa kendaraan. Selain itu, tentu saja Joli Jolan menerima sumbangan susu kotak dari masyarakat hehehe

c) Orang-orang di Joli Jolan mindset-nya sangat terbuka terhadap segala sesuatu. Joli Jolan tidak hanya telah menjadi tempat untuk berbagi barang-barang tadi, tetapi juga telah menjadi ruang publik tempat bertemunya komunitas satu dengan lainnya dengan kegiatannya masing-masing. Mbak Septi pun mengamini bahwa Kota Surakarta sudah sedemikian padat hingga tak memiliki ruang publik untuk komunitas bisa berkumpul seperti ini, dan inilah tujuannya kenapa Joli Jolan ada, yakni untuk memenuhi kebutuhan tersebut


d) Pengunjung Joli Jolan yang datang untuk pertama kali memang rata-rata hanya melakukan 1 mata kegiatannya saja: Menyumbangkan barang kemudian pulang, atau mengambil barang kemudian pulang. Orang yang mengambil barang didata oleh Tim Joli Jolan dan pengambilan barangnya pun dibatasi tiap minggunya: beberapa barang boleh diambil maks. 3 pcs, bahkan ada yang 1 pcs. Di minggu berikutnya, mereka baru boleh mengambil barang 3 pcs lagi. Sebaliknya, orang yang menyumbangkan barang rata-rata masih enggan untuk ikut mengambil, tetapi ada juga yang setelah dibujuk-bujuk akhirnya mau juga mengambil barang di Joli Jolan, khususnya buku.


e) Mbak Septi mengiyakan bahwa orang yang mengambil tidak harus mengijoli/ membarterkan barang pada hari itu juga dan dengan nilai barang yang sama. Tidak membarterkan barang sampai kapanpun juga tidak masalah, ia tetap boleh mengambil barang lagi. Akan tetapi, Mbak Septi mempunyai cerita menarik bahwa seorang bapak becak yang datang lagi di minggu berikutnya ternyata membawakan 4 butir telur dan bapak pedagang sayur yang datang lagi di minggu berikutnya juga membawakan 2 nasi bungkus kepada Joli Jolan. Saya sedikit mbrebes mili mendengar cerita tersebut sambil mengamini dalam hati "Ya, rasa seperti inilah yang harus terus dirawat dan ditumbuhkan dalam hati sanubari Bangsa Indonesia. Jangan bermental miskin: Tak mungkin tak ada yang bisa disumbangkan kepada orang lain, karena setidaknya orang yang sehat itu itu pasti punya pikiran, waktu, tenaga, dan kemampuan untuk orang lain"

Dan akhirnya, tibalah saat-saat mendebarkan ketika saya berkesempatan ngobrol 4 mata saja dengan Mbak Septi: "Mbak, apa sih sebenarnya tujuan didirikannya Joli Jolan?". Tak jarang ada banyak spekulasi yang berkembang di Kota Surakarta terkait dirikannya Joli Jolan oleh Mbak Septi ini dan saya pun berspekulasi bahwa Joli Jolan ini merupakan suatu gerakan sosial yang nantinya akan bisa mendukung pergerakan Mbak Septi dkk. di bidang transportasi di Kota Surakarta.

Mbak Septi menjawab bahwa Joli Jolan adalah gerakan untuk bisa berbagi dengan orang lain. Joli Jolan ingin menjadi ruang publik tempat orang-orang bisa berkumpul, komunitas boleh membagikan ceritanya, dan orang-orang bisa menyumbangkan sesuai kemampuannya maupun mengambil barang-barang sesuai kebutuhannya. Lebih lanjut Mbak Septi menjelaskan, "Budaya baik ini, apabila sudah mengakar kuat dalam masyarakat, akan berdampak positif apabila suatu saat nanti terjadi bencana/ musibah di Surakarta: masyarakat kita sudah terbiasa mengatasi itu semua dengan berbagi dan bekerja sama, mau saling memperhatikan kebutuhan orang yang satu dengan yang lainnya".

Wah, kalau meminjam istilah Bu Risma Walikota Surabaya, saya menjadi ingat bahwa barangkali inilah yang disebut gerakan membangun kota yang resilience, sebuah kota yang masyarakatnya memiliki ketahanan. Kereeen buat Mbak Septi dan teman-teman pendiri Joli Jolan..!

Saya sangat bersyukur bahwa pilihan tanggal 7 Maret untuk pergi ke sana adalah sebuah keputusan yang baik mengingat setelah itu Pihak Joli Jolan memutuskan untuk tutup untuk Social Distancing Penyebaran Virus Corona, baru buka lagi tanggal 28 Maret (kabar terakhir hingga artikel ini ditulis).
Di Kota Surakarta saat ini (19 Maret 2020, Update Jam 17:00 WIB, dilansir dari https://corona.jatengprov.go.id/) terdapat 5 kasus positif Corona, di mana 3 orang masih dirawat, dan 2 orang lainnya telah meninggal dunia). Stay strong, Surakarta..! 


Akhir kata, penekanan perlu diberikan bahwa Gerakan Joli Jolan ini adalah gerakan non-profit. Mereka tidak berharap menimbun banyak barang di tempat mereka nantinya dapat mendatangkan manfaat ekonomi untuk masuk ke kantong pribadi mereka. Terlepas dari apa yang menjadi tujuan menurut Mbak Septi, saya lebih suka berpendapat bahwa Gerakan Joli Jolan adalah sebuah pembelajaran untuk Mengasah Rasa: Apakah saya benar-benar butuh, adakah orang lain yang lebih membutuhkan? Apakah saya memang belum mampu menyumbangkan sesuatu, atau apakah saya sudah mampu tetapi belum mau/ belum merelakannya?

... dan karena bulan Maret adalah bulannya Dewa Perang Aries, saya juga ingin mendefinisikan Gerakan Joli Jolan sebagai Gerakan Perang melawan Gaya Hidup Konsumtif. Gerakan ini merupakan sebuah ajakan kemanusiaan, bahwa dengan berbagi dan bekerja sama, rasa-rasanya tidak perlu ada lagi orang -orang yang menghalalkan-segala-cara untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhannya. Mari kita bersama-sama menciptakan ruang-ruang publik, di mana di situ semua orang bisa datang untuk belajar lebih peduli dengan nasib sesama.. dan nasib lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.


Nah, siapa di antara Teman-Teman Pembaca yang juga mau ikut terlibat dalam mengimplementasikan gerakan positif ini di Salatiga? Ditunggu kabarnya :D


Salatiga, 19 Maret 2020


der Gruene Baum

Jumat, 21 Februari 2020

Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2020 di Kota Salatiga

Berawal dari sebuah peristiwa pahit yang dialami di bulan Oktober 2019 lalu, di mana warga setempat menyebar sampah di jalan karena merasa kesal terhadap ulah oknum yang membuang sampah sembarangan di daerahnya (https://jateng.tribunnews.com/2019/10/17/kesal-ulah-oknum-buang-sampah-sembarangan-warga-pulutan-salatiga-sebar-sampah-di-jalan), 

Karang Taruna Kelurahan Pulutan "Tunas Pertiwi" berinisiatif untuk mengadakan serangkaian kegiatan untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2020 se Kota Salatiga, di kelurahannya. Mereka seakan ingin membuktikan bahwa "Pulutan juga bisa bersih" dengan mengusung tagline "Pulutan Melawan Sampah" dalam kegiatan ini.

Adapun puncak serangkaian kegiatan ini ditetapkan pada tanggal 21 - 22 Februari 2020, dengan agenda kegiatan
--> Tanggal 21 Februari: Resik-resik Kutha, difasilitasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga yang juga merangkul segenap OPD seperti Kodim dan Polres (yang diwakili oleh Persit & Koramil dan Polsek setempat)
--> Tanggal 22 Februari: Panggung, Bazar, dan Lomba-lomba Ramah Lingkungan di Depan Kantor Kelurahan Pulutan


Nah, berhubung hari ini masih hari Jumat, 21 Februari 2020, saya baru berkesempatan mengikuti salah satu puncak kegiatan yang "Resik-resik Kutha".

Kegiatan dimulai dengan apel bersama pada pukul 7:40 di sebuah lapangan di antara Simpang Pulutan dan Warung Sawah ini. Ratusan santriwan/ santriwati dari Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan menjadi pasukan yang paling mendominasi apel dengan seragam abu-abunya. Tak kalah kompak adalah Ibu-ibu dari Persit yang juga turut hadir mengikuti giat bersih-bersih ini. Pak Prasetyo Ichtiarto selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga mengapresiasi keterlibatan semua pihak dalam kegiatan ini (ada sekitar 300 orang yang hadir) sekaligus menekankan akan pentingya kepedulian terhadap permasalahan sampah di HPSN 2020 ini.


Usai apel, oleh Babinsa pihak-pihak yang hadir dibagi dalam 2 kelompok, di mana kelompok pertama mulai membersihkan jalan dari Simpang Pulutan, sementara kelompok kedua mulai membersihkan jalan dari Jembatan di Ujung Jalan H. Ilyas. Saya yang ikut di kelompok kedua tidak ikut berjalan sampai ke ujung jembatan karena perhatian kami dialihkan oleh kantong-kantong sampah yang ada di balik perdu/ semak-semak yang tumbuh liar di bagian kanan jalan. Kami ikut membantu mengangkut tanaman-tanaman yang sedang dipangkas oleh Warga Pulutan setempat agar bisa mengambil kantong-kantong sampah tersembunyi itu. Benar saja, setelah tanaman dipangkas, kami bisa melihat dengan jelas bahwa tempat itu adalah tempat pembuangan sampah liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, di mana di bagian bawahnya terdapat aliran sungai yang cukup besar di Pulutan. Wah wah wah, rupa-rupanya masih banyak yang belum mengetahui bahwa Indonesia merupakan Juara 2 Dunia untuk Urusan Sampah Plastik di Lautan. Kegiatan membuang sampah sembarangan, apalagi di daerah yang berbatasan dengan sungai, sungguh hanya akan memperburuk Citra Indonesia di mata dunia.

Singkat cerita, truk-truk dari DLH pun mulai menyusuri jalan di mana telah terdapat sampah yang dikumpulkan oleh relawan. Ada 6 buah truk yang ditugaskan untuk mengangkut sampah hasil kerja bakti hari ini, dan semuanya ternyata mengangkut sampah sampai penuh. "Mas, ini kemungkinan belum bisa tuntas sekali kerja bakti. Bagaimana kalau ke depannya kita adakan lagi?", tanya Pak Udi selaku Kabid Kebersihan melihat bahwa masih ada PR untuk menata Jalan H. Ilyas yang merupakan jalan akses utama bagi Warga Desa Jombor dan Candirejo untuk menuju Kota Salatiga (melalui Kelurahan Pulutan). Kurang lebih pukul 9:30 kegiatan kerja bakti diakhiri dan seluruh peserta berkumpul bersama di tempat apel untuk mendapatkan konsumsi. Komunitas/ Instansi lain yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain Komunitas TUK, Forum Rumah Bibit Salatiga Raya, Mahesapala (Mapala STIE AMA), dan Mitapasa (Mapala IAIN Salatiga).

Dari data yang kami kumpulkan bersama ketika penimbangan truk sampah di TPA Ngronggo, kegiatan kerja bakti ini menghasilkan total 7,5 ton sampah dengan rincian sebagai berikut
- Truk 1 dengan akhiran plat nomor 67 --> 2.220 kg
- Truk 2 dengan akhiran plat nomor 65 --> 1.880 kg
- Truk 3 dengan akhiran plat nomor 90 --> 2.310 kg
- Truk 4 dengan akhiran plat nomor 68 --> 2.572 kg
- Truk 5 dengan akhiran plat nomor 91 --> 4.400 kg
- Truk 6 dengan akhiran plat nomor 66 --> 2.050 kg

Uits, jangan langsung dijumlahkan karena berat tersebut masih merupakan berat kotor. Angka-angka berat tersebut masing-masing harus dikurangi dulu dengan 1.340 kg sebagai "berat truk kosong" seperti stiker KIR yang sudah ditempelkan oleh Dinas Perhubungan.

Sudah selesai menghitung? Ketemu angka 7.392 kg kan? Nah, dibulatkan ke atas jadi 7,5 ton.
Apabila 300an orang yang datang dijadikan sebagai pembagi, berarti hari ini masing-masing orang telah berkontribusi mengurangi 25 kg sampah di Pulutan (25 kg sampah/ orang) untuk diangkut diproses akhir di TPA Ngronggo di Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.


Wuih, 7,5 ton itu banyak atau sedikit sih Mas? Sekedar informasi, menurut Kepala UPT TPA Ngronggo Pak Ika Petra Buana, ada 80 ton sampah yang diangkut dari TPS se - Kota Salatiga ke TPA setiap harinya. Dan berkat kegiatan bersih-bersih kami hari ini, 80 ton sampah itu berarti mendapatkan tambahan sekitar 10% lagi. Hmm, ngitung-ngitung tentang sampah malah jadi ngeri sendiri ya. Nggak diangkut mengotori lingkungan sekitar rumah, diangkut pun ternyata mengotori lingkungan rumah orang di sekitar TPA.

Jadi harus gimana ya, saya peduli dan ingin terlibat dalam menyelesaikan permasalahan sampah. Yuk datang aja ke Puncak Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional di Kota Salatiga di hari ke-2 nya: Tanggal 22 Februari, bertempat di Depan Kelurahan Pulutan!

Salam Lestari!!

Sabtu, 15 Februari 2020

Kecamatan dan Kelurahan di Kota Salatiga berikut TPS dan TPA Sampahnya

Masih seputar Kota Salatiga, kali ini sebagai seorang murid dan relawan lingkungan hendak berbagi mengenai sebuah tempat yang bernama TPS dan TPA Sampah.

Kami menyayangkan bahwa kata TPS sampai saat ini masih saja selalu diidentikkan dengan Pemilu/ Pilkada yang sebenarnya hanya diadakan sekali dalam 5 tahun. Sementara "TPS Sampah" adalah sebuah tempat di mana Masyarakat Indonesia sedang bergulat setiap harinya, baik untuk memperjuangkan adanya TPS, mengusahakan pengangkutan sampah dengan frekuensi yang lebih sering, maupun untuk mengais rezeki dari orang-orang yang membuagnya setiap harinya.

Ya, berdasarkan UU no. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, TPS merupakan singkatan dari Tempat Penampungan Sementara, sedangkan TPA merupakan singkatan dari Tempat Pemrosesan Akhir (ow, ternyata bukan Tempat Pembuangan Akhir). Sayangnya, sepanjang saya mengenyam pendidikan sampai S-4 saat ini (SD, SMP, SMA, dan Sarjana), saya tidak mendapatkan banyak asupan materi terkait pengelolaan sampah ini selain jargon yang sudah sangat umum di masyarakat "Buanglah sampah pada tempatnya"

Dilansir dari https://dataku.salatiga.go.id/dss/dss_6_14 , Kota Salatiga layak berbangga karena dengan 4 kecamatan dan 23 kelurahan yang dimilikinya, kota ini ternyata memiliki 27 TPS, 7 TPS 3R, dan 1 TPA. Dengan kata lain, hampir setiap kelurahan di Salatiga pasti mempunyai TPS Sampah.

Data ini menarik apabila kita mencoba membandingkannya dengan Kec. Tengaran maupun Kec. Bringin di Kab. Semarang berdasarkan laman berikut https://semarangkab.bps.go.id/statictable/2017/02/23/178/banyaknya-sarana-pengumpulan-sampah-dan-tinja-di-kabupaten-semarang-tahun-2016.html
1) Dari 15 Desa di Kecamatan Tengaran, Kecamatan ini ternyata baru mempunyai 2 TPS
2) Dari 16 Desa di Kecamatan Bringin, Kecamatan ini ternyata juga baru mempunyai 2 TPS
Wah, ini berarti bisa dibilang hampir di setiap desa di Kab. Semarang pasti belum mempunyai TPS Sampah..


URGENSI TPS SAMPAH
Pembahasan mengenai sampah menjadi menarik sejak Kerajaan Plastik mulai menjajah kehidupan manusia, khususnya plastik sekali pakai. Sampah dengan jenis yang satu ini ternyata bersifat non-biodegradable alias tidak bisa terurai secara alami dalam waktu yang wajar. Sebut saja botol plastik air minum yang baru bisa terurai setelah 20 tahun bahkan plastik styrofoam yang baru bisa terurai setelah ratusan tahun - hampir tidak bisa terurai.

Keberadaan TPS menjadi penting sebagai tempat untuk menampung sampah-sampah yang tidak bisa terurai ini. Pengangkutan sampah oleh truk DLH ke TPA akan membuatnya mengalami pemrosesan akhir yang idealnya tidak lagi membahayakan kehidupan manusia. Membuangnya ke aliran kali/ sungai bukan solusi bijak mengingat Indonesia sudah dinobatkan sebagai Negara dengan Lautan Paling Kotor dengan Sampah Plastik no. 2 sedunia. Sementara membakarnya ke udara justru mengakibatkan polusi udara yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia karena molekul-molekul beracun seperti dioksin akan dibebaskan ke udara yang bisa memicu adanya mutasi genetika di kehidupan manusia.

Nah, supaya nggak terlalu serius-serius amat, kembali ke judul, kami coba petakan TPS Sampah mana yang bisa kamu tuju untuk membuang sampahmu ya

KECAMATAN SIDOREJO (10 TPS, 3 TPS 3R)
1. Kelurahan Blotongan - Ada 2 TPS dan 1 TPS 3R. 1 TPS Kota Baru di dekat IAIN 3
2. Kelurahan Bugel - Belum mempunyai TPS
3. Kelurahan Kauman Kidul - Ada 2 TPS dan 1 TPS 3R
4. Kelurahan Pulutan - Ada 0 TPS dan 1 TPS 3R di JB
5. Kelurahan Salatiga - Ada 4 TPS  --> TPS Domas, TPS Taman Sari,
6. Kelurahan Sidorejo Lor - Ada 2 TPS --> TPS Kalimangkak dan TPS Terminal Soka

KECAMATAN SIDOMUKTI (8 TPS, 1 TPS 3R)
1. Kelurahan Dukuh - Ada 1 TPS dan 1 TPS 3R
2. Kelurahan Kalicacing - Ada 3 TPS --> TPS di Jalan Pemotongan, ...
3. Kelurahan Kecandran --> Ada TPS Kecandran (tapi masih belum dibuka)
4. Kelurahan Mangunsari - Ada 4 TPS --> TPS Boja di dekat SI, TPS Kalinongko

KECAMATAN TINGKIR (6 TPS dan 1 TPS 3R)
1. Kelurahan Gendongan
2. Kelurahan Kalibening - Ada 2 TPS dan 1 TPS 3R  --> TPS di Klumpit dekat Taman Tingkir?, TPS Tegalsani Kalibening (Jalan Argo Santika)
3. Kelurahan Kutowinangun Lor - Ada 2 TPS
4. Kelurahan Kutowinangun Kidul - Ada 1 TPS --> TPS Pasar Blauran
5. Kelurahan Sidorejo Kidul
6. Kelurahan Tingkir Lor
7. Kelurahan Tingkir Tengah - Ada 1 TPS

KECAMATAN ARGOMULYO (Ada 3 TPS, 2 TPS 3R, dan 1 TPA)
1. Kelurahan Cebongan - Ada 0 TPS dan 1 TPS 3R
2. Kelurahan Kumpulrejo - Ada 1 TPS dan 1 TPA --> TPA Ngronggo, ...
3. Kelurahan Ledok - Ada 1 TPS --> TPS di Jalan Argotunggal ABC
4. Kelurahan Noborejo - Ada 0 TPS dan 1 TPS 3R di sebelah timur Pabrik Asbes
5. Kelurahan Randuacir
6. Kelurahan Tegalrejo - Ada 1 TPS --> TPS di Jalan Tidore

Uit, saya malu karena kami belum hafal semua lokasi TPS di Salatiga. Yang kami ketahui baru TPS di mana kami beberapa kali pernah berkunjung/ membuang sampah di sana. Bagaimana dengan kamu? Bisakah kamu membantu melengkapi?

Apa!? Di tempatmu belum ada TPS Sampah? Mawas diri, saran kami jangan ngebet minta Pemerintah membuatkan TPS. Salatiga sudah punya banyak, mari kita prihatin sedikit dengan teman-teman di Kabupaten Semarang.. :) Orang Salatiga bisa buang sampah di TPS kelurahan lain, kecamatan lain, bahkan langsung ke TPA Ngronggo juga cukup terjangkau

Nah, tapi selalu ingat akan urutan pembuangan sampah ini ya
3R (Reduce, Reuse, Recycle)
1. Milikilah gaya hidup ramah lingkungan. Kalau bisa minim sampah, kenapa tidak? Bawa tas sendiri untuk belanja
2. Pilahlah sampah di rumahmu. Gunakan kembali atau olah sampahmu menjadi barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan (Caranya? Kunjungi Ijo Lumut atau Bank Sampah di sekitarmu)


3. Setelah sampah terpilah, Bank Sampah bisa membantumu menjualkan sampah ke pengepul
4. Residu dari sampahmu tadi barulah boleh dibuang ke TPS atau TPS 3R
5. Di TPS, sampahmu akan diproses lagi oleh pemulung (mereka jeli lho) dan akan diangkut untuk diproses paling akhir di TPA

Toko/ Warung --> Rumah --> Ijo Lumut/ Bank Sampah --> TPS --> TPA


Salam Lestari!

Mengenal Pangkat Jabatan di Polres Salatiga dan Kerja Sama dengan Satlantas Unit Dikyasa

Hari hujan, enaknya di rumah sambil belajar.

Ide tulisan kali ini agak abstrak, tiba-tiba saya ingin mempelajari dan berbagi hasil yang saya pelajari dengan para pembaca

Syarat Pangkat untuk Beberapa Jabatan di Polres Salatiga (Kepolisian resor Salatiga)
Polres dikepalai oleh seorang Kapolres
FYI, wilayah hukum Polres adalah seluruh wilayah di kabupaten/ kota tersebut (Polres Salatiga = Kota Salatiga).
Di Provinsi Jawa Tengah sendiri, Polda Jateng memiliki 35 "Polres" karena provinsi ini memiliki 29 kabupaten dan 6 kota. Di antara kabupaten/kota tersebut, terdapat beberapa "Polres" pengecualian yaitu
1. Kota Semarang: Polrestabes Semarang - Kombes Pol 
2. Kota Surakarta: Polresta Surakarta - Kombes Pol
3. Kab Banyumas: Polresta Banyumas - AKBP

Polresta? Polrestabes?
Perbedaannya ada di luas wilayah hukum atau tingkat kesulitan yang harus dihadapi oleh korps kepolisian untuk menangani perkara di wilayah tersebut. Tambahan kata "tabes" biasanya disematkan untuk ibukota provinsi.

Nah, kembali ke syarat pangkat: Untuk bisa menjadi Kapolres di suatu kabupaten/ kota, syarat pangkat yang harus dimiliki oleh seorang polisi adalah AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi), atau setara dengan Letkol di jenjang kepangkatan TNI.
Urut-urutannya jadi
Ipda - Iptu - AKP - Kompol - AKBP - Kombes Pol
Letda - Lettu - Kapten - Mayor - Letkol - Kolonel

Kapolres Salatiga: AKBP
Wakapolres: Kompol
Kabag Sumda: AKP
Kasat Reskrim: AKP
Kasat Intel: AKP
Kasat Sabhara: AKP
Kasat Lantas: AKP
Kasat Binmas: AKP
...
Kapolsek Sidorejo: 
Kapolsek Sidomukti: Kompol
Kapolsek Tingkir: AKP?
Kapolsek Argomulyo:

Foto: Kegiatan Kerja Sama "Edukasi #1 Aman Berlalu Lintas #NaikSepedaItuJugaKeren"

Nah, berkat kegiatan bersama Komunitas Masyarakat Transportasi Salatiga, saya kembali mengenal jabatan lagi di dalam Satuan Lalu Lintas, yakni Unit Dikyasa (Pendidikan dan Rekayasa Lalu Lintas), di mana Iptu Wasiyadi telah digantikan oleh Ipda Zaenudin

Kasatlantas Polres Salatiga: AKP Heri Sumiarso
Kanit Laka: Ipda
Kanit Dikyasa: Ipda Zaenudin

Kami sedang bekerja sama untuk menjadikan Salatiga Kota yang Aman dan Nyaman dalam Berlalu Lintas 

Kamis, 02 Januari 2020

Perjumpaan

Terima kasih Tahun 2019, karena di tahun ini saya merasa banyak belajar:
- dari seorang seniman saya belajar "setiap kata adalah makna, dan setiap makna adalah pertanggungjawaban". Saya renung2kan, kata "sampai jumpa" itu ternyata memiliki arti dan makna yang luar biasa. Suatu kebahagiaan dari sebuah perjumpaan dan suatu kerinduan untuk dapat berjumpa kembali
- dari seorang pendidik senior saya kembali diingatkan bahwa perjumpaan dengan manusia selalu dapat mendatangkan hal-hal baru, yang acap kali diikuti oleh datangnya rezeki


--> hingga melalui postingan ini, izinkan saya 'tuk menyampaikan salah satu resolusi di tahun 2020 ini: "Saya ingin meraih lebih banyak perjumpaan dengan manusia daripada dengan sebuah alat bernama HP" karena
a. HP khususnya smartphone, ternyata telah banyak merampas waktu saya. HP hanya memberikan perjumpaan semu dan kita rasa2nya memang harus mengakui bahwa HP ternyata tidak bisa menggantikan waktu kita yang memang terbatas (Jesica et al, 2013)
b. Smartphone, stupid people. Ada benarnya, karena potensi saya untuk mengingat sesuatu menjadi berkurang karena ketergantungan dengan alat yang satu ini
c. Saya mengaku-aku sebagai seorang pegiat literasi, padahal "jam terbang" HP saya dari atas meja jauh lebih banyak ketimbang "jam terbang" buku-buku ke hadapan saya (perpustakaan, TBM). Wah maluuu, belum bisa membantu banyak menaikkan indeks baca buku bangsa ini nih 🙏

- dan dari seorang orang tua pensiunan di negeri seberang, saya teringat "saya tidak memakai HP. Kalau orang mau mencari saya, silakan cari dan tunggu saya di rumah. Di sana minimal dia akan saya suguhi kopi". Masuk nggak Pak Ekooo? 😁

Menunggu memang diperlukan, tidak bisa instan.. Kerinduan untuk berjumpa, karena berjumpa dengan manusia itu bikin bahagia 🙏 apalagi dengan kamu ya.. #kodekeras

Kata "Perjumpaan" ini saya dapatkan pertama kali di Gereja, sehingga sah ya rasanya kalau saya menggunggah foto di tempat ini lebih banyak daripada foto di tempat lainnya.. 😊 Please jangan baper kalau foto kita blm diupload di postingan ini. Sekali lagi apalah artinya sebuah foto.. dibandingkan arti sebuah pertemuan.. Ya, bukan sekedar perjumpaan untuk bisa selfie. Ini perjumpaannya kita yang begitu berharga dan kadang tak perlu diumbar ke mana-mana..! 🙏

Sampai Jumpa..!!!
Salam Kemanusiaan

*Teriring ucapan maaf apabila ke depannya saya jadi agak slow response kalau dikontak dgn HP ya (Telp, WA) 🙏". - demi sebuah perjumpaan nyata, yang menurut saya lebih berharga -