Laman

Senin, 23 Desember 2019

Hoorraay! Now I'm an Official GEA Ecobrick Trainer

Yes,

Thanks Mr. Tarto from Pemalang that suggested me to join an Ecobrick course held by Russell and Mbak Ani on Oct - Nov 2019. Now I've just graduated from the course and am now officially an Official GEA Trainer, together with
1. Rusdi
2. Syahrul
3. Sopyan Yasri
4. Iklima Agustina

Yes, you can kindly book me for an Ecobrick Starter Workshop through clicking this link:



Fee?
Think that it must be a default number from gobrik.com. I've never set the training fee that high. So, please don't think about it too much. I'm a community-person: You give me a cup of coffee, and I'll be happy already.

So, Salatiga Raya, now you have an Ecobrick Trainer! Let's make an ecobrick from your single-use plastic.


Salatiga, 23 Desember 2019


der gruene Baum

Kamis, 19 Desember 2019

Rumah Bibit dalam Angka: Orang Dari Mana Aja sih yang Ambil Bibit ke Sini?

Beberapa waktu yang lalu, "Mas Menteri" Nadiem Makarim menyampaikan bahwa setidaknya ada 2 ilmu penting yang harus dikuasai bangsa Indonesia di era digital ini. Dua ilmu penting itu adalah Ilmu Statistik dan Psikologi. Pada tulisan ini, saya ingin membahas ilmu yang pertama terlebih dahulu yakni Ilmu Statistik.

Berbicara tentang Statistik, orang akan selalu mengasosiasikan hal ini dengan pelajaran Matematika yang isinya angka-angka dan rumus-rumus seperti Mean dan Median. Kebetulan, beberapa waktu sebelumnya saya juga begitu mengidolakan seorang "Tokoh Statistik Indonesia" yang bernama Yunarto Wijaya atau yang sering dipanggil dengan Mas Toto', direktur utama dari Lembaga Survei Charta Politika. Beliau adalah orang yang sangat tajam dan objektif dalam mengemukakan pendapatnya. Kemampuan ini, saya yakin terasah dengan baik berkat ketekunan beliau dalam mengolah dan menganalisis sebuah data, artinya Penguasaan Ilmu Statistik yang tinggi.

Ketika saya diajak berkecimpung di dunia relawan lingkungan hidup di Salatiga Raya (Salatiga, Kab. Semarang, dan wilayah di sekitarnya), saya tertarik untuk berkontribusi di komunitas dengan meng-handle Bank Data "Pengambilan Bibit di Rumah Bibit Salatiga Raya". Dalam waktu kurang lebih sebulan sejak diaktifkannya kembali Rumah Bibit sebagai Basecamp Gerakan Penghijauan di Salatiga Raya, berikut adalah sebuah grafik yang dapat kami sajikan per tanggal 19 Desember 2019 ini dnegan judul "Orang Dari Mana Aja sih yang Ambil Bibit ke Sini?


Sejauh ini, kami telah berhasil mendistribusikan 617 bibit (utamanya berasal dari BPDASHL Pemali Jratun) kepada masyarakat. Warga Kota Salatiga tercatat sebagai masyarakat yang paling banyak mengambil bibit di Rumah Bibit ini dengan 297 bibit (48%) yang diambilnya dari tanggal 1 sampai dengan 19 Desember ini. Kata "Raya" yang disematkan sebagai nama Rumah Bibit Salatiga ini ternyata cukup efektif untuk mengundang Warga Kab. Semarang yang berbatasan dengan Kota Salatiga, maupun Warga Kab. Grobogan, Kab. Magelang, dan Kab. Boyolali, yang juga mengambil bibit dari rumah bibit ini untuk ditanam dan dipelihara di desa/ kampung/ pekarangan di rumahnya. Data kami mencatat sejumlah 235 bibit (38%) diambil oleh Warga Kab. Semarang, sedangkan 55 bibit (9%) diambil oleh warga dari ketiga kabupaten lainnya yang telah disebutkan di atas.

Sayangnya, prosedur pencatatan yang kami terapkan untuk setiap pengambilan bibit belum berjalan dengan baik mengingat masih adanya 30 bibit (5%) yang tidak teridentifikasi, orang dari daerah mana kahyang mengambilnya. Meskipun demikian, kami percaya bahwa 617 bibit yang telah diambil oleh masyarakat dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu ini merupakan suatu pertanda positif bahwa di tengah-tengah arus modernisasi ini ternyata masih banyak juga orang yang mau peduli kelestarian lingkungan dengan melakukan tanam pohon di musim penghujan.

.. dan ternyata sebagian besar dari orang yang mau peduli ini adalah Warga Kota Salatiga sendiri, tempat di mana Rumah Bibit Salatiga Raya kami boleh berlokasi. Salam Lestari!


Salatiga, 19 Desember 2019


der gruene Baum

Holiday Program Rajendra Adhi Montessori School Suvarna Sutera


Hello Kids!

Near the Year End 2019, we have something special for you: "Rajendra Adhi's Holiday Program" 

*When?*
Dec 23 - 30, 2019

*Where?*
- Rajendra Adhi School Suvarna Sutera
- Pizza Hut Citra Raya
- Super Indo Citra Raya

We'll learn science and sensory activity, shopping & cooking, art & craft creating, and we'll go outside for half-day field trip. Sure, this experience will be a productive and unforgetable holiday memory for you..! Register now, we have only limited seats for this program 

*Registration*
0822 - 9816 - 7872
0812 - 9757 - 9533

Happy holiday,
Rajendra Adhi Montessori School Suvarna Sutera

#liburananak #nataltahunbaru2019 #holidayprogram #liburananaktangerang #liburananaksuvarnasutera #rajendraadhimontessorischool #rajendraadhischool #tangerangbanten

Selasa, 10 Desember 2019

Trial Class di Rajendra Adhi Montessori School

Halo Warga Tangerang, khususnya Perum Suvarna Sutera,

Telah hadir di Ruko Terrace 8, sebuah sekolah untuk Toddler - TK - SD Kelas 1 "Rajendra Adhi Montessori School". Sabtu lalu, 7 Desember 2019 kami kembali menggelar Trial Class yang bertempat di sekolah kami di Ruko Terrace 8 Blok B no 21 Suvarna Sutera, Sindang Jaya Tangerang.

Anak-anak menjalani berbagai aktivitas yang kami tawarkan dengan hati riang gembira, antara lain menyanyi, menari, mengeksplorasi alat-alat Montessori, dan mewarnai. 


Ingin mengikuti berita selanjutnya mengenai Rajendra Adhi? Silakan follow akun media sosialnya di Facebook dan Instagram seperti tertera pada poster di atas.

Salam Montessori!

Kamis, 05 Desember 2019

Rumah Bibit Salatiga Raya Ambil Bibit (lagi) di Persemaian Bergas milik BPDASHL Pemali Jratun

Halo Sobat Hijau!

Kali ini kami ingin kembali menuliskan tentang pengambilan 1.000an bibit lagi sesuai yang kami mohonkan ke Kantor BPDASHL Pemali Jratun di bulan November lalu

Singkat cerita, kami kembali mengambil bibit-bibit berikut ini pada tanggal 4 Desember lalu
- Mahoni 150 bibit
- Jambu Biji 200 bibit
- Pete 200 bibit
- Ketapang (biasa) 150 bibit
- Alpukat 20 bibit 
- Sirsat 212 bibit
- Rambutan 100 bibit
- Gamelina 150 bibit
Jadi, total bibit yang kami ambil hari itu dengan 2 armada dari Salatiga (Dump Truck DLH dan Tank Paralayang Sidomukti) adalah 1.182 bibit


Terima kasih Persemaian Bergas,
Terima kasih BPDASHL Pemali Jratun,
Terima kasih Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Di bulan menanam pohon ini, kami bahagia karena bisa memfasilitasi Warga Salatiga Raya yang ingin menanam pohon menghijaukan rumah dan lingkungan sekitarnya. Syarat mengambil bibit pohon di tempat kami hanya 2
1. Bibit untuk ditanam dan dirawat, tidak untuk diperjualbelikan
2. Berfoto selfie dengan bibit, baik saat pengambilan maupun penanaman. Foto-foto harap diunggah ke media sosial dengan mention "Rumah Bibit Salatiga Raya" dan menyertakan hashtag #rumahbibitsalatigaraya

Kalau berikutnya kita akan menanam di lereng gunung. Siapa hendak turut?

Selasa, 19 November 2019

Ambil Bibit Pohon Penghijauan GRATIS di Persemaian Bergas BPDASHL Pemali Jratun

Salam Hijau Bumiku, Sobat Hijau!

Kembali bersama saya Kris dari Galeri Lingkungan Hidup Ijo Lumut Cungkup Salatiga. Masih ingin menulis soal bibit, kemarin Senin, 18 November 2019 saya dan beberapa teman lintas relawan lingkungan hidup di Salatiga Raya mengambil bibit di Persemaian Bibit Bergas milik BPDASHL Pemali Jratun.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, BPDASHL itu singkatan dari apa. Jadi BPDASHL itu adalah singkatan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung yang merupakan perpanjangan tangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di setiap provinsinya.

Nah, singkat cerita, pada pengambilan bibit kemarin kami secara GRATIS boleh memperoleh
- 100 bibit Trembesi
- 250 bibit Mahoni
- 150 bibit Ketapang Kencana
- 50 bibit Indigofera
- 200 bibit Nangka
- 200 bibit Jambu Biji
- 50 bibit Bambu Petung
dari Pak Arbi yang menjadi Pelaksana Teknis Harian Pembibitan di sana


Pada postingan ini, saya ingin membagikan cara mendapatkan bibit pohon penghijauan dari sana
a. Mengajukan surat permohonan ditujukan kepada Kepala BPDASHL Pemali Jratun di Banyumanik Semarang
b. Melampirkan tembusan surat permohonan ke Persemaian Bibit yang dituju
(Jawa Tengah bagian Barat: Persemaian Brebes; bagian Utara: Persemaian Bangsri Jepara; bagian Tengah/ Selatan: Persemaian Bergas)
c. Mengisi formulir, buku pengambilan bibit (berikut ordinat rencana lokasi penanaman), dan menandatangani pakta integritas bahwa bibit yang diambil tidak akan diperjualbelikan, melainkan digunakan untuk gerakan penghijauan

SELESAI, bibit boleh diambil sesuai dengan persediaan bibit yang ada di persemaian.
Cukup mudah bukan? Ayo tanam pohon. Tanam lagi, lagi, dan lagi untuk keberlanjutan kehidupan di Planet Bumi

Salam Lestari!


Salatiga, 19 November 2019


ditulis dalam rangka memperingati Hari Pohon Sedunia 21 November 2019

Sabtu, 16 November 2019

Sarasehan di Rumah Bibit Salatiga Raya

Tahukah kalian sebuah tempat di Salatiga yang bernama Rumah Bibit?
Sebentar lagi kami relawan lingkungan lintas komunitas akan menggelar Sarasehan di Rumah Bibit,
berikut ini sedikit pengantar yang melatarbelakangi ide pengaktifan kembali Rumah Bibit di Salatiga:


Dulu, Kota Salatiga menjadi kota favoritnya orang-orang Hindia Belanda karena kesejukannya, iklimnya terasa mirip dengan iklim Negeri Belanda.

Hari Pohon 21 November menjadi sebuah hari yang ingin kita angkat, momentum untuk merefleksikan kontribusi apa yang telah kita buat dan bisa kita buat untuk "Mengembalikan Predikat Kota Salatiga menjadi Kota Terindah - De Schoonste Stad van Midden Java"

Salatiga identik dengan kata "sejuk" dan dengan keindahan "Pemandangan Gunung Merbabu" dari setiap sudut kotanya. Supaya tetap hijau dan lestari, gunung juga perlu ditanami karena sebagian besar pohon tidak bisa beregenerasi/ tumbuh dengan sendirinya.. 

Nah, apakah sekiranya adanya Rumah Bibit tidak menjadi kebutuhan untuk kita semua Warga Salatiga Raya? (Raya = Salatiga dan Kab. Semarang di sekitarnya)


Yuk, tidak usah saling tunjuk, tidak usah terjebak dengan masa lalu (belum bisa move on), karena Hari Pohon bukanlah sebuah hari untuk mengenang masa lalu, Hari Pohon adalah sebuah hari yang ditujukan untuk mempersiapkan masa depan, keberlanjutan kehidupan di Planet Bumi..

Ramaikan ya,
SARASEHAN di RUMAH BIBIT
Kamis, 21 November 2019
Pukul 19:30 - 22:00 WIB
Rumah Bibit Salatiga Raya: https://goo.gl/maps/HLy1pme9QJz6X4r26


Salam Hijau Bumiku, Salam Lestari Alamku, Salam Kemanusiaan,


#BanggaJadiRelawan

Senin, 11 November 2019

Menulis adalah Belajar Menjadi Seorang Influencer

Halo Sobat,
Motivasi untuk kembali menulis datang dari seorang yunior dalam blog-nya berikut

Usai mengikuti kegiatan, ia langsung menuliskannya supaya abadi. Si yunior ini tampak cukup konsisten dengan tulisannya sampai-sampai ia mendeskripsikan blog nya dengan kata "mengabadikan pengalaman perjalanan, sampai ia mati". 


Ya, saya kembali ingat akan tulisan yang saya buat waktu itu: http://kristantoirawanputra.blogspot.com/2018/08/menulis-adalah-suatu-bentuk-kagebunshin.html. Jadi, selama kurang lebih setahun bertapa di Lereng Gunung Myoboku (baca: Gunung Merbabu), saya merasa bahwa sudah ada beberapa hal yang dapat saya bagikan untuk orang lain, khususnya di bidang pendidikan lingkungan hidup dan transportasi. Izinkan saya untuk kembali berbagi tulisan di sini ya, mudah-mudahan berawal dari seorang ekstrovert, saya secara perlahan boleh belajar menjadi seorang influencer.

Salam Literasi, Salam Kreasi, dan Salam Transportasi!

Selasa, 22 Oktober 2019

MTi Salatiga Gelar Festival Transportasi Srawung Bareng Peduli Transportasi 2019



BisnisNews.id -- Komunitas Masyarakat Transportasi Salatiga (MTi – Salatiga) menggelar festival transportasi “Srawung Bareng Peduli Transportasi Salatiga” Sabtu, (19/10/2019).  Acara ini dimaksudkan untuk membangun budaya transpotasi yang baik, nyaman dan selamat di tengah kondisi lalu lintas Kota Salatiga yang makin ramai. Ditambah lagi dengan makin tingginya animo pelajar ke sekolah  naik sepeda motor sementara angkutan umum makin kurang populer khususnya di kalangan pelajar.

...

Artikel selengkapnya: http://bisnisnews.id/detail/berita/mti-salatiga--gelar-festival-transportasi-srawung-bareng-peduli-transportasi-2019

Jumat, 11 Oktober 2019

DAS Daerah Aliran Sungai di Salatiga yang bermuara di Danau Rawa Pening

Bersama Komunitas TUK dan LP3 Global Green Indonesia, saya mempelajari lebih dalam mengenai DAS, yang merupakan singkatan dari Daerah Aliran Sungai.

Sejauh yang saya tangkap, Danau Rawa Pening sebenarnya merupakan bagian dari DAS Tuntang, di mana danau tersebut dianggap sebagai hulu sungainya. Jadi, bicara soal DAS, Danau Rawa Pening itu bukan DAS, melainkan hanya Sub-DAS.

Sebenarnya ada 16 anak sungai yang bermuara di danau ini. Hanya saja, karena beberapa anak sungai sudah bertemu sebelum sampai ke Danau Rawa Pening, disebutkan bahwa aliran sungai yang masuk ke Rawa Pening hanya berasal dari 9 sungai.

Adapun kesembilan sungai tersebut sebagian besar terletak di Kabupaten Semarang dan sebagian kecilnya di Kota Salatiga. Benar, aliran sungai yang di Kota Salatiga asalnya adalah dari The Mighty Mount Merbabu alias Gunung Merbabu yang menjadi salah satu ikon Kota Salatiga ini.

Jadi, berikut ini adalah Kelurahan/ Kecamatan di Salatiga yang dilalui oleh aliran sungai yang akhirnya akan bermuara di Danau Rawa Pening
1. Kecamatan Argomulyo (Kelurahan Randuacir, Kumpulrejo, dan Tegalrejo)
2. Kecamatan Sidomukti (Kelurahan Mangunsari, Dukuh, dan Kecandran)
3. Kecamatan Sidorejo (Kelurahan Pulutan, Salatiga, Bugel, Sidorejo Lor, dan Blotongan)



So, total ada berapa kelurahan di Salatiga yang punya andil terhadap kelestarian air di Rawa Pening?
Jawabnya ada 11 kelurahan, yang terletak di 3 kecamatan di Kota Salatiga.

Siap beraksi untuk hijau bumiku dan lestari alamku di Salatiga Raya, khususnya di 11 kelurahan ini?
Yuk ikuti Festival Rawa Pening #2 yang diadakan bersamaan dengan Kongres Sampah Nasional di Kesongo, Tuntang, Kab. Semarang pada tanggal 12 - 13 Oktober 2019 ini.


Salatiga, 10 Oktober 2019


Kristanto Irawan Putra
Aktivis Lingkungan Hidup

Kamis, 10 Oktober 2019

Kreasi Daur Ulang Ijo Lumut Hadir di Salatiga How Art You III

..
Masih bertempat di Rumah Dinas Walikota Salatiga, berbagai lokakarya telah dimulai sejak pukul 14.00. SAPU dengan upcycle ban bekasnya, Ijo Lumut dengan recycle Limbah Plastiknya, dan pantomime oleh Candra Harjanto. Tak lupa yang paling ramai dengan anak-anak yaitu membuat mural bersama Kak Wone. Kemudian, sesi pertunjukan sore dimulai oleh Jungle Perkusi dan dilanjutkan dengan penampilan band S.O.B.
..

Artikel ini merupakan kutipan dari
http://sounds-saga.blogspot.com/2019/10/shay-iii-hari-kedua-senja-damai-menjadi.html

Kamis, 12 September 2019

Press Release Festival Pendidikan Aman Berlalu Lintas di CFD Simpang Lima Semarang, 8 September 2019

Semarang, 9 September 2019
        Mobilitas yang tinggi adalah sebuah gaya hidup yang khas bagi masyakakat perkotaan, di mana keselamatan diri sendiri dalam setiap pergerakan di jalan menjadi sebuah prioritas. Oleh karena itu, IntraChange (Indonesia Transport Change) bersama beberapa mitra dari unsur universitas, komunitas, dan instansi pemerintahan menyelenggarakan sebuah aksi kolaborasi “Festival Pendidikan Aman Berlalu Lintas” yang bertempat di Area CFD Simpang Lima Semarang, 8 September 2019. 
            
        Festival yang waktu persiapannya relatif singkat hanya 1 bulan ini ternyata mampu melibatkan lebih dari 300 orang yang terbagi dalam 4 kelompok keramaian: karnaval, pos tebak gambar/ slogan, pos aman berkendara roda 2, dan pos tata perilaku di kendaraan umum. Kegiatan karnaval membuka perhelatan festival ini dengan meriah: Kompi 1 dari Masyarakat Transportasi Salatiga dengan Bus ESTO - nya, 2) Gabungan Panitia Festival, Satlantas, dan Dishub dengan Zeta - nya, 3) Mahasiswa UNIKA Soegijapranata, 4) PMI dengan seragam merah dan helm safety nya, 5) Mahasiswa UNDIP dengan seragam birunya, dan 6) SMK Muhammadiyah 3 Weleri yang merupakan sekolah binaan Astra Motor. Masyarakat Kota Semarang yang datang ke CFD kali ini merasa sangat terhibur dan terlihat begitu antusias untuk mengambil foto dan video mengabadikan penampilan karnaval masing-masing kompi ini.

            Usai karnaval, acara festival dilanjutkan dengan edukasi di pos-pos yang dinamakan pos edutainment (perpaduan dari kata “education” dan “entertainment”). Di Pos 1, para mahasiswa UNDIP dari jurusan Teknik Sipil, Perencanaan Wilayah dan Kota, dan Kesehatan Masyarakat bagian K3 memberikan kuis tebak gambar bertemakan slogan-slogan keselamatan berlalu lintas. Pos yang berlokasi di Simpang Lima antara Jalan A. Yani dan Jalan Erlangga ini tampak begitu ramai karena MC-nya sangat interaktif dengan peserta.

            Di Pos 2 yang berlokasi di dekat SMK Negeri 7, tak mau kalah para mahasiswa USM dari jurusan Teknik Sipil memberikan edukasi kreatif seputar “Aman Berkendara Roda 2” menggunakan gambar-gambar dan motor terbaru ADV 150 sebagai alat peraga. Tak lupa, mereka pun membagikan susu secara gratis kepada peserta yang dinilainya telah patuh aturan dalam berkendara roda 2.

            Pos 3? Pos 3 mengambil tempat persis di dalam Halte BRT Simpang Lima. Pos yang dikelola oleh Komunitas Peduli Transportasi Semarang (KPTS) ini menghadirkan Bus Trans Semarang ukuran sedang berwarna biru untuk dijadikan alat peraga. Para peserta diberi kesempatan untuk naik ke dalam bus, memberikan edukasi tempat penumpang pria dan wanita, dan pengarahan akan tata perilaku yang baik di dalam bus sekaligus ajakan untuk naik angkutan umum.

            Di penghujung acara, seluruh unsur yang terlibat dalam festival ini kembali berkumpul di depan tulisan Simpang Lima untuk mengikuti acara penutup yang dimulai dengan sambutan-sambutan. Mewakili pihak swasta, Pak Burhan dari Astra Motor memberikan apresiasi terhadap terselenggaranya acara ini. Beliau menyampaikan bahwa aspek keselamatan dalam berkendara harus dijadikan prioritas, tidak hanya aspek cepat sampai tujuan. Sambutan dari Pak Bagus Hario dari UNDIP menambahkan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan yang sangat positif bagi generasi muda. Pengamat transportasi Bu Theresia Tarigan menutup sambutan-sambutan ini dengan ajakan agar Warga Kota Semarang mau menggunakan angkutan umum untuk mengurangi kemacetan.

            Nah, akhirnya tibalah saat-saat yang ditunggu-tunggu oleh para peserta: Pengumuman Lomba Karnaval dan Pos Terbaik. Juara III Kompi Karnaval diraih oleh adik-adik siswa dari SMK Muhammadiyah 3 Weleri, juara II oleh teman-teman dari PMI Kota Semarang, dan juara I berhasil diraih oleh para mahasiwa UNDIP! Hasil ini sebenarnya sudah bisa ditebak melihat kesiapan dan totalitas hingga kompi ini dapat teampil begitu semarak dalam menyuarakan kampanyenya terkait keamanan berlalu lintas. Sementara itu, penghargaan pos terbaik jatuh pada teman-teman dari KPTS. Sebelum kembali ke rumah masing-masing, para peserta berfoto bersama dan menyerukan seruan “Semarang Aman Berlalu Lintas, Bisa Bisa Bisa!” yang diabadikan dalam video. Karnaval pamungkas pun menutup secara resmi Festival Pendidikan Aman Berlalu Lintas kali ini.

Salam Transportasi! Sampai jumpa lagi!!

#SemarangAmanBerlaluLintas
#FestivalPendidikanAmanBerlaluLintas
#CFDSimpangLimaSemarang

Minggu, 25 Agustus 2019

Seminar Jalan Menuju Jerman: Der Weg nach Deutschland

Hari Rabu tanggal 24 Juli 2019 yang lalu sebanyak 19 orang perwakilan siswa Secondary Sekolah Madania menghadiri seminar yang diselenggarakan oleh Goethe Institut dan PASCH. Tak seperti seminar yang biasa dihadiri, ada sesuatu yang istimewa dari seminar kali ini. Ternyata salah satu pembicaranya merupakan Alumni Siswa Sekolah Madania. Siapakah ia?

Ia adalah Fajar Falah Supono, penerima Beasiswa Studienkolleg Indonesia, sekaligus Alumni Siswa Sekolah Madania Tahun 2019 yang menjadi salah satu pembicara Seminar Jalan Menuju Jerman. Acara yang bertempat di Goethe-Haus, Goethe-Institut Jakarta ini mengundangnya sebagai narasumber bersanding dengan dua pembicara lainnya yaitu Kristanto Irawan Putra sebagai alumni PASCH yang sudah menempuh pendidikan di Univeristas Heidelberg Jerman, dan Alwien Parahita sebagai perwakilan dari KBRI di Berlin.

Goethe-Institut merupakan salah satu institusi yang mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Luar Negeri Jerman untuk melaksanakan program “Schulen: Partner der Zukunft (PASCH)” atau yang dikenal di Indonesia sebagai “Proyek Sekolah: Mitra Menuju Masa Depan” sejak tahun 2008. Semenjak 11 tahun kebelakang, program ini juga berhasil meningkatkan minat pembelajaran bahasa Jerman terutama pada siswa-siswi di 29 Sekolah Mitra seluruh Indonesia yang tergabung di dalamnya, salah satunya Sekolah Madania. Seiring dengan tingginya antusias siswa-siswi untuk melanjutkan kuliah di Jerman, maka dibuatlah Seminar Jalan Menuju Jerman ini.

Rabu, 26 Juni 2019

Secuplik Cerita Testimoni dari Program Liburan Ijo Lumut

Pagi tadi dianter abang ojol menuju base camp Ijo Lumut. Ternyata di sana sudah pada ready, berangkat ke lokasi belajar.
Administrasi segera di selesaikan (maklum daftar telat🙈). Perlengkapan dimasukkan ke dalam angkot, rame - rame naik angkot menuju kali lanang (lokasi yang akan dieksplore).

Tak butuh waktu lama, rombongan sampai di lokasi. Kami semua berkumpul, melakukan sedikit senam untuk menghangatkan badan (belakangan udara lumayan dingin). Goyang goyang sebentar, badan jadi hangat.
Selepas senam, lanjut ice breaking supaya antar peserta saling mengenal dipandu kak Kris dan Kak Tomo.
Yach....masih ada yang malu malu ternyata.

Di kali lanang, kita belajar ekosistem sungai. Mengamati mahluk hidup yang ditemukan di sungai, mengamati benda benda di sekitar sungai. Nach....benda benda yang tidak semestinya berada di sungai atau sengaja di buang di sungai mencemari lingkungan sungai. Padahal, sungai tempat tinggal ikan. Kasian ikannya khan....?


Sudah mengamati ekosistem sungai, selanjutnya menuliskan hasil pengamatan di kertas kardus (memanfaatkan barang bekas untuk mengurangi sampah) yang sudah disiapkan. Baru kemudian menggambar objek sekitar sungai. Sudah selesai kah ?
Beluuum...... Gambarnya harus dihias menggunakan "sampah yang di temukan di sekitar tempat kegiatan". Bisa di hias menggunakan daun, batu, atau guntingan plastik makanan kemasan yang ditemukan. Gunting tempel.....gunting tempel....gunting tempel.
Semua bersemangat. Sebagian masih sibuk menghias gambar, sebagian sudah selesai. Bagi yang sudah selesai menghias gambar, lanjut belajar membuat ecobrick "penjara sampah".
Wuuuiih....pada semangat bebikin ecobricknya. Gunting plastik kemasan.....masukkan ke dalam botol.....padatkan.
Gampang caranya, cuma sedikit susah waktu memadatkan sampah. Perlu tenaga ekstra, karena itu kakak ijo lumut membantu memadatkan.
Karya sudah selasai, di display untuk selanjutnya presentasi. Cie.....presentasi, mana bisa bocah presentasi karya.
Eh...jangan salah, mereka keren lho. Menceritakan karya mereka masing - masing. Semua sudah bercerita, meski ada yang malu malu.
Acara diakhiri dengan foto bersama.
Sampai ketemu di kegiatan berikutnya





Disadur langsung dari Akun Fesbuk seorang orang tua murid yang mengikutsertakan anaknya dalam Program Liburan Galeri Ijo Lumut. Terima kasih testimoninya ya Bu..!

Kristanto Irawan P.
Founder & Director of Ijo Lumut

Selasa, 26 Maret 2019

Festival Daur Ulang Sampah Panongan dan Peringatan Hari Air Sedunia Kalitaman

Dua event yang diselenggarakan di tempat yang berbeda, tetapi mempunyai kesamaan.
- Baik Panongan maupun Kalitaman sama-sama memiliki akhiran "an"
- Keduanya sama-sama diadakan dengan konsep "bottom up", sebuah gerakan bukan program/ kebijakan
- Anggaran untuk kedua event tersebut bukan berasal dari funding. Murni hasil gotong royong: Siapa punya apa, siapa sumbangkan apa

dan ternyata BISA.

Jadi, apakah sebenarnya kita benar-benar butuh uang dalam jumlah besar?
Mas Eric memberiku kata-kata ini, "Acara itu nggak perlu uang, yang penting kita punya manpower". Bagaimanapun, aku bisa merasakan semangat kesetiakawanan ini. Semoga bisa berkelanjutan

Kamis, 07 Maret 2019

Alamat Galeri Ijo Lumut Cungkup Salatiga

Berikut ini adalah alamat dari Galeri Ijo Lumut,
sebuah galeri lingkungan hidup untuk mewadahi pengrajin dan menginspirasi masyarakat terhadap kreasi daur ulang sampah

IJO LUMUT
Pusat Edukasi dan Kreasi Daur Ulang Sampah Salatiga
Jalan Cungkup no. 858 RT 05 RW 06
Kel. Salatiga, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga 50711

Produk yang dijual?
Mari silakan di mari: https://www.instagram.com/katalog.galeriijolumut/

Kamis, 14 Februari 2019

Jualan Sedotan Stainless

Jadi guys, jadi vendor sedotan stainless itu ternyata nggak mudah. Mengubah mindset masyarakat memang terbukti tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Di otak gue, udah jelaslah kita harus diet plastik, khususnya sedotan plastik. Tapi di kacamata masyarakat umum, lah ngapain harus pakai diet-diet segala. Penting nikmat dan murah..

Tapi gue belum menyerah. Gue akan terus jualan, karena hidup itu memang harus selalu yang berkobar-kobar: Dibeli ya guys..
http://bit.ly/sedotanstainlessmurahsalatiga

#love #instagood #photooftheday #sedotainstainlessmurah #sedotanstainlesssalatiga #sedotanstainless #sedotanplastik #ijolumutsalatiga

Senin, 21 Januari 2019

Jejak Etnis Cina/ Tionghoa di Salatiga (1740 - 1925)

Waktu setahun itu ternyata berlalu begitu cepat. Rekam jejak digital menunjukkan bahwa saya pernah menjadi kontributor artikel mengenai jejak etnis Cina ini di Blog TBM Citra Raya: http://tbm-citraraya.blogspot.com/2018/04/istana-djoen-eng-di-salatiga-sekarang.html pada tanggal 5 April 2018.


.. dan pada tanggal 21 Januari 2019 ini, saya mendapatkan kesempatan untuk bercerita, membuat bunyi dari tulisan-tulisan hasil karya Pak Eddy Supangkat (Istana Djoen Eng & New Galeria Salatiga) dan Mas Abel Jatayu (Diskriminasi Rasial di Tanah Kolonial) di dalam buku-bukunya.


Di depan 4 orang mahasiswi pertukaran dari Australia, saya bersama Mbak Ambar mencoba memberikan literasi kebhinekaan, cagar budaya, dan sejarah yang ada di Kota Salatiga ini. Mbak Ambar memulai pemaparan dengan memberikan pengantar mengenai pluralisme yang ada di kota yang terletak di lereng Gunung Merbabu ini. Selanjutnya, saya menyampaikan kronologi kedatangan etnis Cina di Salatiga, yang berdasarkan literatur yang ada saat ini, dimulai secara masif pada saat terjadi Tragedi Angke/ Geger Pecinan pada bulan Oktober 1740. Keputusan etnis Cina perantau dari  Batavia untuk tinggal menetap di Salatiga setelah tragedi itu tak lepas dari sosok kepemimpinan Raden Mas Said/ Pangeran Sambernyawa dari Kerajaan Mataram pada waktu itu, yang secara gigih mau membela rakyat berperang melawan Kompeni di daerah Jawa Tengah.

Singkat cerita, keputusan etnis Cina untuk menetap di Salatiga ini telah mampu menarik orang-orang Belanda untuk bermukim di sini, hingga pada suatu ketika ada 2 tokoh nasional/ internasional beretnis Cina yang berkenan membangun rumah, bahkan istana yang megah di kota kecil ini. Ya, tokoh yang pertama bernama Oei Tiong Ham, orang Semarang yang dijuluki Raja Gula dari Asia dan tokoh yang kedua bernama Kwik Djoen Eng, orang Taiwan yang telah meninggalkan bangunan cagar budaya berarsitektur Cina termegah di Jalan Diponegoro Salatiga (dulu Tuntangsche Weg, ruas jalan yang di-plot untuk kawasan permukiman orang-orang Eropa).

Bagaimana mungkin seorang Cina diperbolehkan membangun "Istana Cina" di ruas jalan orang Eropa? Tidak tanggung-tanggung, istana milik perseorangan ini luasnya mencapai 1% dari total luas wilayah Salatiga dan menghabiskan biaya pembangunan senilai 3 juta gulden (setara Rp 24 miliar)! Bagi saya pribadi, hal ini telah menunjukkan seberapa digdayanya sosok Djoen Eng, seberapa ulet dan mumpuninya kemampuan yang dimiliki untuk melobi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu. Sangat disayangkan, istana dengan 5 kubah ini hanya boleh ditinggalinya selama 5 tahun. Krisis ekonomi yang melanda saat itu mengharuskan istana yang satu ini disita oleh De Javasche Bank untuk membayar utang-utang Djoen Eng. Saat ini Istana Djoen Eng ini menjadi Rumah Khalwat Roncalli, sebuah tempat penyegaran jiwa untuk komunitas Katolik yang dikelola oleh Bruderan FIC.


Beberapa pesan yang ingin saya tinggalkan melalui tulisan ini adalah
1) Seberapa terpuruknya kita saat ini, kalau kita mau giat berusaha, segala sesuatu yang baik bisa terjadi. Geger Pecinan tahun 1740 yang menewaskan 10.000 orang Cina mestinya membuat orang Cina down. Tapi lihat, apa yang bisa dilakukan oleh Oei Tiong Ham dan Kwik Djoen Eng ini..!
2) Pluralisme di Indonesia itu memang sudah ada sejak dulu kala. Tidak akan ada Indonesia tahun 2019 ini kalau di abad ke-18 dan ke-19 itu orang Indonesia sibuk bertikai satu dengan yang lain mengurusi persoalan perbedaan. Jadi, belajar sejarah itu ternyata penting supaya kita tahu kesalahan apa yang dilakukan leluhur kita di masa lalu dan hal apa yang harus kita lakukan di masa mendatang untuk lebih maju.

Selain Istana Djoen Eng, jejak Tionghoa di Salatiga lainnya bisa dibaca di artikel berikut: https://percik.or.id/2018/11/09/jalan-jalan-yuk-mengenal-bangunan-bersejarah-kota-salatiga/

Terima kasih, Sobat Muda! Terima kasih, literasi!!


Salatiga, 21 Januari 2019

der gruene Baum

Jumat, 18 Januari 2019

Sebuah Refleksi di TBM Lama

Sampai dengan detik yang lalu aku masih berpikir bahwa
"Muda itu Kesempatan Berkarya",

tapi ketika aku mendalami dunia kerelawanan dan mengenal sosok-sosok seperti Bu Dwi Rohyatiningsih dan Kang Nurul Ilmi, mindset itu berubah. "Berkarya itu ternyata benar-benar bukan soal usia, melainkan soal nilai yang kita perjuangkan dalam hidup ini"

Kamu kerja di mana, kamu naik mobil apa, posisimu apa, gajimu berapa. Ini semua adalah "harga" yang ditawarkan oleh dunia zaman now.
Sementara "nilai" adalah semangat, kesetiakawanan, komitmen, visi, dan empati..

.. yang seringkali kini hilang tergerus oleh arus perubahan zaman


TBM Citra Raya Lama, 18 Januari 2019