e Klausur, -en = Ulangan Harian
Sampai dengan hari ini, Kamis, 16 Desember 2010, aku sudah menempuh 6 ulangan harian di Studienkolleg Uni Karlsruhe, yaitu Matematika (2x), Fisika, Bahasa Jerman (Listening (=Hörverstehen) 1x, Reading Comprehensive (=Leseverstehen) 1x), dan Kimia. Ulangan harian Matematika yang baru tadi pagi kutempuh sekaligus menjadi ulangan harian terakhirku di tahun ini.
Bagaimanakah hasilnya?
Matematika : 1,2 (96%)
Fisika : 2,4 (72%) - Bukan karena susah, melainkan karena tidak teliti
Bahasa Jerman : Listening 2,2 (80%)
Reading Comprehensive 2,2 (80%)
Kimia : 1,0 (100%)
Sekilas mungkin terlihat aneh bagi pelajar Indonesia. Sistem penilaian di Jerman berbanding terbalik dengan di Indonesia. Nilai 4,0 di Jerman, artinya 40% atau batas lulus, sedangkan di Indonesia, 4,0 berarti 100% atau cum laude.
Pelajaran di Studienkolleg tidaklah terlalu berbeda dengan pelajaran di SMA. Hal ini karena pada hakekatnya, pelajaran yang diberikan berfungsi menyetarakan tingkat ilmu pengetahuan seluruh mahasiswa asing yang ingin berkuliah di Jerman dengan kurikulum pendidikan Jerman. Dengan demikian, diharapkan para mahasiswa asing nantinya tidak mengalami kendala yang berarti saat berkuliah.
Pada posting ini, aku akan bercerita sedikit mengenai kisah hidupku, yaitu salah satu alasan mengapa aku berniat melanjutkan studi ke Jerman. Jawabannya adalah "Olimpiade tingkat Internasional".
Saat SMA, aku belum berhasil lolos seleksi untuk mengikuti IChO (=International Chemistry Olympiad). Aku benar-benar merasa galau pada hari itu, sebab aku begitu ingin mengetahui seberapa jauh kemampuanku dalam persaingan tingkat dunia. Dan tahukah kalian? Aku berhasil menempuh ulangan harian Kimia dengan nilai 1,0 dan aku menjadi yang terbaik di kelas! Betapa bangganya aku hari itu. Aku merasa seperti menjadi seorang juara dunia.
Namun, aku tahu, perjuanganku masih panjang. Sifat sombong perlahan-lahan akan menuntun kita ke jurang kegagalan. Hal yang benar adalah untuk bersikap percaya diri, tetapi tetap rendah hati. Itulah yang harus kita lakukan, bukannya bersikap rendah diri. Pelajaran terpenting yang bisa kupetik dengan mendapatkan nilai 1,0 itu adalah, bahwa semua bangsa pada hakekatnya sama derajatnya di dunia.
Mengukur keberhasilan dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, bukanlah hal yang bijak. Menjadi diri yang lebih baik dari hari ke hari-lah yang merupakan suatu bentuk keberhasilan, yang apabila dilakukan secara terus-menerus pasti akan menghasilkan suatu keberhasilan besar di masa mendatang.
Kita mampu, apabila kita mau, dan aku berani menjamin, bahwa Indonesia sebenarnya mampu!
Sampai dengan hari ini, Kamis, 16 Desember 2010, aku sudah menempuh 6 ulangan harian di Studienkolleg Uni Karlsruhe, yaitu Matematika (2x), Fisika, Bahasa Jerman (Listening (=Hörverstehen) 1x, Reading Comprehensive (=Leseverstehen) 1x), dan Kimia. Ulangan harian Matematika yang baru tadi pagi kutempuh sekaligus menjadi ulangan harian terakhirku di tahun ini.
Bagaimanakah hasilnya?
Matematika : 1,2 (96%)
Fisika : 2,4 (72%) - Bukan karena susah, melainkan karena tidak teliti
Bahasa Jerman : Listening 2,2 (80%)
Reading Comprehensive 2,2 (80%)
Kimia : 1,0 (100%)
Sekilas mungkin terlihat aneh bagi pelajar Indonesia. Sistem penilaian di Jerman berbanding terbalik dengan di Indonesia. Nilai 4,0 di Jerman, artinya 40% atau batas lulus, sedangkan di Indonesia, 4,0 berarti 100% atau cum laude.
Pelajaran di Studienkolleg tidaklah terlalu berbeda dengan pelajaran di SMA. Hal ini karena pada hakekatnya, pelajaran yang diberikan berfungsi menyetarakan tingkat ilmu pengetahuan seluruh mahasiswa asing yang ingin berkuliah di Jerman dengan kurikulum pendidikan Jerman. Dengan demikian, diharapkan para mahasiswa asing nantinya tidak mengalami kendala yang berarti saat berkuliah.
Pada posting ini, aku akan bercerita sedikit mengenai kisah hidupku, yaitu salah satu alasan mengapa aku berniat melanjutkan studi ke Jerman. Jawabannya adalah "Olimpiade tingkat Internasional".
Saat SMA, aku belum berhasil lolos seleksi untuk mengikuti IChO (=International Chemistry Olympiad). Aku benar-benar merasa galau pada hari itu, sebab aku begitu ingin mengetahui seberapa jauh kemampuanku dalam persaingan tingkat dunia. Dan tahukah kalian? Aku berhasil menempuh ulangan harian Kimia dengan nilai 1,0 dan aku menjadi yang terbaik di kelas! Betapa bangganya aku hari itu. Aku merasa seperti menjadi seorang juara dunia.
Namun, aku tahu, perjuanganku masih panjang. Sifat sombong perlahan-lahan akan menuntun kita ke jurang kegagalan. Hal yang benar adalah untuk bersikap percaya diri, tetapi tetap rendah hati. Itulah yang harus kita lakukan, bukannya bersikap rendah diri. Pelajaran terpenting yang bisa kupetik dengan mendapatkan nilai 1,0 itu adalah, bahwa semua bangsa pada hakekatnya sama derajatnya di dunia.
Mengukur keberhasilan dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, bukanlah hal yang bijak. Menjadi diri yang lebih baik dari hari ke hari-lah yang merupakan suatu bentuk keberhasilan, yang apabila dilakukan secara terus-menerus pasti akan menghasilkan suatu keberhasilan besar di masa mendatang.
Kita mampu, apabila kita mau, dan aku berani menjamin, bahwa Indonesia sebenarnya mampu!
Betul mas Kristanto, sebenarnya indonesia mampu! seperti contohnya bila saya(orang indonesia) pergi ke toko daging di luar negri sana, saya mampu menaklukkan penjualnya dengan cara menawar daging dengan harga serendah-rendahnya. sekali lagi saya ucapkan Indonesia Bisa! dan Mampu!
BalasHapus