Laman

Selasa, 26 Juni 2018

Aku, Komplainku, dan Kebodohanku (Pembayaran Layanan Internet Ind*home)

Aku
Aku termasuk salah seorang anak yang beruntung, boleh lahir dalam sebuah keluarga yang berkecukupan - bahkan menurut beberapa orang, termasuk yang berlebih - sehingga bisa memasang beberapa layanan internet Ind*home yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini. Mengingat orang-tuaku lahir di tahun 60an awal, mereka cukup gaptek sehingga layanan-layanan internet ini didaftarkan menggunakan namaku dan aku mempunyai kewajiban untuk membayar layanan internet ini setiap bulannya.

Sebelum aku menjadi bagian dari masyarakat Tangerang, aku telah mendaftarkan namaku untuk 2 layanan internet di kampung halaman. Seiring waktu berlalu, di tahun 2018 aku mendaftarkan namaku lagi untuk 2 layanan internet lagi di Tangerang ini: di TBM Citra Raya dan di rumah kontrakanku, tempatku tinggal bersama teman-teman yang lain. Lagi-lagi, di sini aku tinggal bersama 2 orang rekan kerja yang lahir di tahun 70an awal, sehingga tingkat kemelekan mereka terhadap dunia internet rasa-rasanya masih kalah denganku. Sekali lagi kupakai namaku untuk mendapatkan layanan internet di rumah ini.

Curahan hati seorang teman malam ini meningatkanku bahwa dunia kerja memang berbeda dengan dunia kuliah. Aku menyadari betul bahwa waktu luang yang kupunyai saat ini jauh lebih sedikit daripada di masa lalu. Ya, sepertinya kata-kata seorang teman baikku yang lain - yang sudah lebih dulu menginjakkan kakinya di dunia kerja - memang benar adanya: ketika bekerja, kita menukarkan waktu yang kita miliki dengan uang berupa gaji yang masuk ke dalam rekening bank kita setiap bulannya.. Layanan internet yang dipasang di Tangerang ini semuanya dilakukan tanpa keberadaanku, mengingat teknisinya bekerja di siang hari, saat di mana aku sedang bekerja menukarkan waktuku dengan uang tadi. Jadilah internet ketika sore hari sudah terpasang, dan aku pun tidak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan para teknisi itu. Untungnya, aku termasuk bagian dari generasi milenial yang cukup cepat beradaptasi dengan teknologi ini. Dengan satu klik, klik, dan klik, aku tidak mengalami kendala yang berarti untuk menggunakan layanan ini dengan baik.

Angin bertiup, daun berguguran, hari demi hari silih  berganti. Setelah beberapa saat menggunakan layanan, tibalah saatnya untuk membayar. Berbekal nomor yang tertera di sebuah box modem, aku pun membayar layanan internet di rumah kontrakan melalui layanan mobile banking yang disediakan oleh sebuah bank swasta terbesar di Indonesia. Aku pun juga merasa telah membayar layanan di TBM Citra Raya, berbekal nomor telepon yang disampaikan oleh teknisi Ind*home itu melalui pesan singkat di WhatsApp. Jadilah pada bulan itu, aku telah menyelesaikan tagihan layanan internet untuk kedua termpat tersebut.

Komplain
Suatu hari di tanggal 20an bulan itu, aku mendapati bahwa di rumah kontrakanku kami tidak bisa menikmati layanan TV berlangganan dengan pesan sebagai berikut:

Disebutkan di sana bahwa layanan terganggu karena kami belum melakukan pembayaran. Wah wah wah, ini jelas membuatku merasa terhina. Bagaimana mungkin aku yang sudah melakukan pembayaran dianggap belum melakukan pembayaran sehingga layanannya diputus? Kuambil telepon genggamku dan segeralah kulakukan komplain. Jujur saja, aku cukup merasa terganggu waktu itu dengan petunjuk dari operator telepon hotline tersebut, karena mereka selalu menyarankan menyampaikan komplain menggunakan aplikasi MyInd*home, yang mana tidak lagi bisa aku akses karena aku telah mendaftarkan diriku untuk 4 layanan internet berbeda dengan provider yang sama ini. Besar harapanku, ke depannya layanan aplikasi MyInd*home ini bisa ditingkatkan oleh pihak Ind*home untuk pelanggan yang memiliki lebih dari 1 layanan sepertiku. Komplain kusampaikan dan berakhirlah hari itu.

Pihak Ind*home berusaha untuk melakukan reset dari server dengan cara memintaku untuk mematikan, kemudian menghidupkan modemnya lagi setelah beberapa saat. Petunjuk ini telah kulakukan, dengan beberapa jeda waktu antara mematikan dan menghidupkan misalnya:
Matikan, 5 menit tunggu, hidupkan
Matikan, 1 jam tunggu, hidupkan
Matikan, 1 hari tunggu, hidupkan
.. dan upaya ini ternyata seperti menggarami air laut. Akupun melakukan komplain sekali lagi via telepon. Aku mendapatkan petunjuk lagi, yakni untuk melakukan reset setting'an pada TV menggunakan nomor internet yang tertera di box. Kulakukan cara ini, kukombinasikan dengan cara klasik matikan hidupkan.. dan lagi-lagi upaya ini juga tidak membuahkan hasil. Pitamku mulai tinggi kembali, keesokan harinya kulakukan lagi komplain.

Di hari Minggu, aku mendapati bahwa komplainku kali ini disambut sangat baik, di mana teknisi Ind*home mau datang langsung dan mau mengecek akar masalahnya. Harapan bisa menikmati layanan internet lagi pun muncul dan membuatku bahagia, terlebih ketika menghitung hari-hari tanpa internet yang hilang, di mana aku tetap harus membayar layanannya. Mereka muncul pertama kali di TBM Citra Raya, menanyaiku apakah layanan yang terkendala ada di TBM. Aku pun menjawab bahwa layanan terkendala ada di rumah kontrakan. Aku tidak berpikir panjang kenapa mereka justru datang kemari, karena aku memang mendaftarkan diriku untuk 2 layanan: di TBM dan kontrakan. Usut punya usut, ternyata ada kebodohan yang telah kulakukan yang membuat pihak Ind*home mungkin juga kesal terhadap komplain-komplainanku selama ini.

Kebodohan
Sekalipun ketika pemasangan aku dan teknisi itu berkoordinasi via WhatsApp dan telepon, rupa-rupanya ada saja hal yang ketinggalan untuk disampaikan: aku ternyata tidak mengetahui secara persis nomor internet yang harus kupakai untuk membayar layanan ini setiap bulannya. Nomor internet yang kugunakan untuk membayar layanan internet di kontrakan, ternyata adalah nomor layanan internet untuk TBM. Nomornya tertukar, sehingga layanan di kontrakan memang belum pernah dibayar selama sebulan dua bulan ini. Wajar dong kalau layanannya diputus. Wah, ini jelas sesuatu. Betapa malunya aku yang sempat berniat melaporkan layanan Ind*home yang kurang profesional ini ke khalayak ramai!

Tulisan ini aku buat untuk menghibur para pembaca akan kebodohanku, sekaligus sebagai bentuk permohonan maaf kepada Ind*home yang telah membuat KPI mereka (mungkin) menjadi tidak tercapai karena komplain-komplainku yang berkepanjangan, yang mana disebabkan karena kebodohanku sendiri. Semoga tulisan ini bermanfaat.


Tangerang, 26 Juni 2018


der Gruene Baum

1 komentar:

  1. Aku sudah baca dengan sangat serius kak, nggak taunya 🙄
    Reaksiku antara kesal, sedih dan pengen ketawa. Soalnya aku juga sering ngelakuin hal-hal sepele yang bikin orang kesel macam kejadian kakak😫😂
    Tapi, bagus tulisannya hehe

    BalasHapus