Laman

Kamis, 10 Januari 2013

Katalisator (2/2) Teil 1

... dan kali ini akhirnya kuseselesaikan tulisanku yang berjudul Katalisator setahun yang lalu (November 2012) :p

Aku mulai ceritanya dengan ulah temanku.
Dalam sebuah kepanitiaan, rapat persiapan adalah sebuah momen yang tepat untuk saling berkoordinasi dan menentukan langkah berikutnya. Ceritanya, karena suatu hal temanku ini tidak bisa ikut rapat. Padahal di rapat ini dibahas beberapa hal yang cukup fundamental bagi persiapan sebuah acara ini, dan karena rapat malam baru selesai jam 03:30 dini hari kami tidak sempat membuat notulen!

Di rapat itu disepakati bahwa kami akan menerapkan plan A terlebih dahulu di acara ini, bila gagal baru akan menerapkan plan B. Temanku tadi tidak ikut rapat, tidak ada notulen rapat, dan dia bukan tipe orang yang berpikiran rumit. Mendengar adanya bisikan "saatnya untuk terapkan plan B", dia spontan langsung menerapkan plan B, bahkan tidak terkontrol sampai jadi plan B+ (karena dia memang tidak ikut rapat persiapan). 
(Pass auf juga di sini, "saatnya untuk terapkan plan B" tadi sifatnya masih bisikan, belum jadi keputusan, sehingga sebenarnya masih perlu dibicarakan lebih lanjut)  

Karena ulah inilah, kami geger satu sama lain. Kenapa sih dia yang terkesan anteng-anteng saja saja selama ini tiba-tiba berulah, dan ulahnya ini menimbulkan masalah..

Untungnya kami kompak dalam satu tim. Adalah tidak penting untuk menyalahkan pihak X, Y, atau Z, yang lebih penting adalah bagaimana kita mencari solusi dari masalah ini.

Dan solusinya adalah
kami akan mengumumkan kepada masyarakat luas secara tertulis, bahwa "plan A yang sudah kami terapkan di awal akan digeser dengan plan B+ karena plan A terbukti tidak cukup sukses".
Dengan demikian diharapkan masyarakat luas ini mengetahui bahwa secara prosedural apa yang kami lakukan sudah benar. Seperti bunyi sebuah iklan di layar kaca: "Ini dulu, baru itu".

Iklan apa hayooo?? lol :p

TAPI untuk mengerjakan solusi ini, seorang teman panitia yang lain mengatakan kendalanya, "Tapi jaringan komunikasi kita untuk menyampaikan hal ini itu masih belum beres". Dan akhirnya, menjadi terkatalisasilah proses pemberesan jaringan komunikasi itu, yang sebelumnya memang sudah sempat tertunda-tunda.

Awal mulanya aku kesel, tapi berkat ulah temanku ini ada hikmah tersendiri yang bisa dipetik: program pemberesan jaringan komunikasi ini akhirnya diingat lagi dan terkatalisasi juga.
(NB. Walaupun sebenarnya sampai sekarang juga masih belum beres-beres juga.
Kelihatannya mesti butuh seseorang yang berulah lagi.. :D)

Sekian dulu tulisan kali ini..
Maaf, ternyata harus bersambung lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar