Laman

Kamis, 02 Januari 2014

Nama Khas Indonesia


Beberapa waktu yang lalu Coca-Cola mengeluarkan kemasan Coca-Cola kaleng dengan tulisan "share a coke with ... (put a name)".
 Ketika aku liburan kemarin, aku menjumpai hal yang serupa dengan tulisan seperti di atas. Ece adalah nama khas dari negara tersebut.

Pertanyaanku, bagaimana hal ini di Indonesia? Hal ini mengingat di zaman sekarang ini rasa-rasanya Indonesia tidak memiliki nama-nama khas lagi. Nama-nama itu biasanya hanya ada di buku pelajaran bahasa Indonesia dan tidak pernah menjadi nama seorang anak lagi di zaman sekarang.

Sebagai contoh:
- aku yang lahir pada tahun 90'an sudah tidak mempunyai teman sekelas lagi bernama Joko
- malahan aku mempunyai teman yang bernama Michelle

Aku tidak bermaksud menyerang orang yang bernama kebarat-baratan itu ataupun orang tua yang telah memberi nama begitu kepada mereka, karena tentu saja pengaruh dari nama baptis (nama yang diperoleh ketika seseorang mempunyai iman yang dewasa di agama kristiani) berperan di sini.
Akan tetapi, aku ingin mengajak para pembaca di sini berpikir sejenak, apakah pemberian nama-nama kebarat-baratan itu didasari rasa minder dengan nama-nama dari negara sendiri?

Misalnya:
- aku malu kalau memberi nama anakku Paijo. Di sekolah nanti pasti dia akan diejek oleh teman-teman sekelasnya

Apabila pemikiran itu menguasai diri kita, aku bisa katakan kita salah. Sebuah nama memiliki sebuah arti. Jadi, tidak ada nama yang jelek, kedengaran ndeso (kampungan), atau apapun itu.

Aku ambil contoh lagi, nama-nama barat seperti
- Schweinsteiger (=penunggang babi)
- Müller (=tukang giling gandum di windmill (Windmühle))
- Longbottom (=bokong panjang)
dijadikan nama belakang seorang anak di Eropa dan masih eksis sampai sekarang. Mungkin memang kedengaran wow di telinga kita, tapi kalau kita melihat artinya, apakah masih menjadi sangat wow lagi?

Sekali lagi, pemikiran yang mengatakan kalau nama kebarat-baratan itu keren dan nama dari negara sendiri itu ndeso adalah pemikiran yang salah. Sebuah nama memiliki sebuah arti dan sebenarnya mengandung identitas dan budaya dari negara itu sendiri.

Jadi, kenapa kita harus mengejek orang dengan nama Paijo dan Painem?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar