Tulisan kali ini buat menyambung postingan sebelumnya ya.
Kali ini aku akan membahas ulahku sendiri.
Karena ini tentang ulahku sendiri, rasa-rasanya aku tidak perlu menggunakan kalimat-kalimat implisit seperti postingan sebelumnya :D
Aku adalah biang kerok yang ngebikin masalah kecil menjadi masalah besar.
Suatu notulen rapat mengatakan, "... seperti halnya susu untuk anak adalah salah satu program kami.."
Aku merasa bahwa notulen itu benar adanya, karena memang begitulah yang kami sampaikan di rapat waktu itu.
Tetapi salah seorang dari kami mengatakan bahwa, "Notulennya salah, kami tidak mengatakan hal seperti itu. Memang itu ada di file presentasi, tapi kami juga sempat bilang bahwa itu hanyalah contoh adanya inisiatif yang datang dari warga untuk bikin kegiatan".
Sebelumnya, aku sudah sampaikan ke orang ini, bahwa susu ini tidak perlu dimasukkan ke dalam file presentasi, karena memang tidak ada kaitannya dengan institusi yang kami tangani. Tetapi orang ini tetap memasukkannya, dengan alasan "nggak papa, ini contoh inisiatif dari warga".
Masalahnya bermulai di sini, aku coba iseng menanyakan ke pemilik program susu ini apakah dia sudah membaca notulen rapat yang sudah keluar beberapa hari yang lalu.
Awalnya dia tidak mencermati bagian yang aku maksud ini, sampai akhirnya dia menemukannya setelah membacanya 2 kali. Spontan dia langsung membuat group message berisikan beberapa orang yang kira-kira punya andil dalam penyusunan notulen ini untuk dimintai keterangan.
Beberapa menit setelah itu, dimulailah diskusi seru di antara "kami". Diskusi dan melobby. Sampai akhirnya, seorang dari kami meminta maaf kepada si pemilik program susu ini karena programnya telah dianggap dijadikan program kami.
"Notulennya salah, kami sudah ausdrucken kalau ini hanya contoh inisiatif warga, tapi si notulis kelihatannya salah tangkap", demikian permintaan maaf orang ini.
Setelah itu pun notulen diperbaiki dan diiringi permintaan maaf dari perwakilan "kami" dan notulis.
.. dan aku disalahkan oleh tim "kami" karena dinilai telah mengadu domba (iseng2 nanyain si pemilik program apakah sudah baca notulen). Aku sempat jengkel, kenapa sih "kami" nggak mengakui kalau "kami" memang salah? Kenapa malah si notulis yang disalahin..
Well, di sini aku juga mungkin sedikit nggak netral karena beberapa hal.
Tapi aku berargumen,
1. Notulen rapat sudah keluar. Cepat atau lambat kan pemilik programnya bisa sadar akan tulisan itu. Aku cuman membantu mempercepat :D
2. Oke, mungkin notulennya memang sudah diganti, tapi aku cukup yakin, sebagian besar orang yang ada di rapat itu memang menangkap kalau susu itu program "kami" (informasi bersifat rancu)
3. Sesuatu yang nggak relevan dengan pemaparan program
kami tidak perlu ditulis di sana, bahkan untuk kepentingan apapun.
Oh iya, sebelum ada kesalahpahaman setelah membaca tulisanku ini, aku katakan secara tegas di sini, ini cerita aku susun berdasarkan versiku.
Tidak tertutup kemungkinan ada versi lain :D
Na ja, tapi semuanya telah berakhir. Aku sudah meninggalkan beban kasus ini. Aku tidak jengkel lagi. Aku memaafkan.
Aku juga merasakan sudah sedikit berkembang ke arah yang lebih baik, pola pemikiranku berkembang sedikit demi sedikit.
Aku tidak mau hidup dalam beban dendam dan kebencian, tapi aku mau hidup dalam kasih.
Kalah aku boleh sombong sedikit,
"Menang jadi arang, kalah jadi abu" adalah ajaran dunia ini, tapi
"Jika ditampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu" adalah ajaranNya.
Satu hal yang positif dari ulahku adalah, dalam waktu singkat tadi notulen itu akhirnya diperbaiki juga..
lol :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar