Laman

Kamis, 24 Januari 2013

Katalisator (2/2) Teil 2

Tulisan kali ini buat menyambung postingan sebelumnya ya.

Kali ini aku akan membahas ulahku sendiri.
Karena ini tentang ulahku sendiri, rasa-rasanya aku tidak perlu menggunakan kalimat-kalimat implisit seperti postingan sebelumnya :D

Aku adalah biang kerok yang ngebikin masalah kecil menjadi masalah besar.
Suatu notulen rapat mengatakan, "... seperti halnya susu untuk anak adalah salah satu program kami.."
Aku merasa bahwa notulen itu benar adanya, karena memang begitulah yang kami sampaikan di rapat waktu itu.

Tetapi salah seorang dari kami mengatakan bahwa, "Notulennya salah, kami tidak mengatakan hal seperti itu. Memang itu ada di file presentasi, tapi kami juga sempat bilang bahwa itu hanyalah contoh adanya inisiatif yang datang dari warga untuk bikin kegiatan".

Sebelumnya, aku sudah sampaikan ke orang ini, bahwa susu ini tidak perlu dimasukkan ke dalam file presentasi, karena memang tidak ada kaitannya dengan institusi yang kami tangani. Tetapi orang ini tetap memasukkannya, dengan alasan "nggak papa, ini contoh inisiatif dari warga".

Masalahnya bermulai di sini, aku coba iseng menanyakan ke pemilik program susu ini apakah dia sudah membaca notulen rapat yang sudah keluar beberapa hari yang lalu.
Awalnya dia tidak mencermati bagian yang aku maksud ini, sampai akhirnya dia menemukannya setelah membacanya 2 kali. Spontan dia langsung membuat group message berisikan beberapa orang yang kira-kira punya andil dalam penyusunan notulen ini untuk dimintai keterangan.

Beberapa menit setelah itu, dimulailah diskusi seru di antara "kami". Diskusi dan melobby. Sampai akhirnya, seorang dari kami meminta maaf kepada si pemilik program susu ini karena programnya telah dianggap dijadikan program kami.

"Notulennya salah, kami sudah ausdrucken kalau ini hanya contoh inisiatif warga, tapi si notulis kelihatannya salah tangkap", demikian permintaan maaf orang ini.

Setelah itu pun notulen diperbaiki dan diiringi permintaan maaf dari perwakilan "kami" dan notulis.


.. dan aku disalahkan oleh tim "kami" karena dinilai telah mengadu domba (iseng2 nanyain si pemilik program apakah sudah baca notulen). Aku sempat jengkel, kenapa sih "kami" nggak mengakui kalau "kami" memang salah? Kenapa malah si notulis yang disalahin..

Well, di sini aku juga mungkin sedikit nggak netral karena beberapa hal. Tapi aku berargumen,
1. Notulen rapat sudah keluar. Cepat atau lambat kan pemilik programnya bisa sadar akan tulisan itu. Aku cuman membantu mempercepat :D
2. Oke, mungkin notulennya memang sudah diganti, tapi aku cukup yakin, sebagian besar orang yang ada di rapat itu memang menangkap kalau susu itu program "kami" (informasi bersifat rancu)
3. Sesuatu yang nggak relevan dengan pemaparan program kami tidak perlu ditulis di sana, bahkan untuk kepentingan apapun.

Oh iya, sebelum ada kesalahpahaman setelah membaca tulisanku ini, aku katakan secara tegas di sini, ini cerita aku susun berdasarkan versiku.
Tidak tertutup kemungkinan ada versi lain :D

Na ja, tapi semuanya telah berakhir. Aku sudah meninggalkan beban kasus ini. Aku tidak jengkel lagi. Aku memaafkan.

Aku juga merasakan sudah sedikit berkembang ke arah yang lebih baik, pola pemikiranku berkembang sedikit demi sedikit.
Aku tidak mau hidup dalam beban dendam dan kebencian, tapi aku mau hidup dalam kasih.
Kalah aku boleh sombong sedikit,
"Menang jadi arang, kalah jadi abu" adalah ajaran dunia ini, tapi
"Jika ditampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu" adalah ajaranNya.


Satu hal yang positif dari ulahku adalah, dalam waktu singkat tadi notulen itu akhirnya diperbaiki juga..
lol :p

Kamis, 10 Januari 2013

Katalisator (2/2) Teil 1

... dan kali ini akhirnya kuseselesaikan tulisanku yang berjudul Katalisator setahun yang lalu (November 2012) :p

Aku mulai ceritanya dengan ulah temanku.
Dalam sebuah kepanitiaan, rapat persiapan adalah sebuah momen yang tepat untuk saling berkoordinasi dan menentukan langkah berikutnya. Ceritanya, karena suatu hal temanku ini tidak bisa ikut rapat. Padahal di rapat ini dibahas beberapa hal yang cukup fundamental bagi persiapan sebuah acara ini, dan karena rapat malam baru selesai jam 03:30 dini hari kami tidak sempat membuat notulen!

Di rapat itu disepakati bahwa kami akan menerapkan plan A terlebih dahulu di acara ini, bila gagal baru akan menerapkan plan B. Temanku tadi tidak ikut rapat, tidak ada notulen rapat, dan dia bukan tipe orang yang berpikiran rumit. Mendengar adanya bisikan "saatnya untuk terapkan plan B", dia spontan langsung menerapkan plan B, bahkan tidak terkontrol sampai jadi plan B+ (karena dia memang tidak ikut rapat persiapan). 
(Pass auf juga di sini, "saatnya untuk terapkan plan B" tadi sifatnya masih bisikan, belum jadi keputusan, sehingga sebenarnya masih perlu dibicarakan lebih lanjut)  

Karena ulah inilah, kami geger satu sama lain. Kenapa sih dia yang terkesan anteng-anteng saja saja selama ini tiba-tiba berulah, dan ulahnya ini menimbulkan masalah..

Untungnya kami kompak dalam satu tim. Adalah tidak penting untuk menyalahkan pihak X, Y, atau Z, yang lebih penting adalah bagaimana kita mencari solusi dari masalah ini.

Dan solusinya adalah
kami akan mengumumkan kepada masyarakat luas secara tertulis, bahwa "plan A yang sudah kami terapkan di awal akan digeser dengan plan B+ karena plan A terbukti tidak cukup sukses".
Dengan demikian diharapkan masyarakat luas ini mengetahui bahwa secara prosedural apa yang kami lakukan sudah benar. Seperti bunyi sebuah iklan di layar kaca: "Ini dulu, baru itu".

Iklan apa hayooo?? lol :p

TAPI untuk mengerjakan solusi ini, seorang teman panitia yang lain mengatakan kendalanya, "Tapi jaringan komunikasi kita untuk menyampaikan hal ini itu masih belum beres". Dan akhirnya, menjadi terkatalisasilah proses pemberesan jaringan komunikasi itu, yang sebelumnya memang sudah sempat tertunda-tunda.

Awal mulanya aku kesel, tapi berkat ulah temanku ini ada hikmah tersendiri yang bisa dipetik: program pemberesan jaringan komunikasi ini akhirnya diingat lagi dan terkatalisasi juga.
(NB. Walaupun sebenarnya sampai sekarang juga masih belum beres-beres juga.
Kelihatannya mesti butuh seseorang yang berulah lagi.. :D)

Sekian dulu tulisan kali ini..
Maaf, ternyata harus bersambung lagi.

Selasa, 08 Januari 2013

Ketulusan

Ketulusan:
Inti dari ketulusan adalah kasih.
Jauhkan dirimu jauh-jauh dari sikap pamrih.

Jangan memasang topeng, jangan menggunakan teknik apapun dalam memberi kebaikan kepada orang lain. Lakukanlah kebaikan itu dengan segenap hatimu.

Dan lakukanlah itu secara personal, curahkanlah seluruh perhatianmu secara utuh, tak terbagi.


Dan karena itulah, aku mengakui keterbatasanku. Aku hanya sanggup memberikan perhatian itu kepada orang-orang di sekitarku. Tuhan, ampuni aku atas ketamakanku.

P.S.
Teman Facebookku yang mula-mula ada 3000 hari ini tinggal 2772 :)
Maafkan aku.

Ketulusan dan Perjuangan

Bahahaha
Selama bulan Desember aku ternyata tidak menulis apapun.. :D

Ihr habt mich sehr inspiriert. Ich danke euch!

Demikian bunyi status yang aku pasang di Facebook, sebelum aku mengakhiri hari yang luar biasa ini.
Aku benar-benar merasa beruntung, karena mendapatkan sahabat-sahabat yang begitu baik di perantauanku yang ke-4 ini.

Salah seorang sahabatku ini telah mengajarkan kelemahlembutan, ketulusan, dan pelayanan.
Sedangkan sahabat yang lain mengajarkan ambisi, kesederhanaan, tanggung jawab, dan perjuangan hidup.

Aku sungguh merasa diingatkan kembali, betapa malasnya ternyata diriku selama ini..


Terima kasih Tuhan, Engkau sungguh-sungguh mau hadir dalam hidupku melalui mereka.
Berkatilah mereka Tuhan, jagailah mereka selalu.


P.S.
Sennin mesum, suatu saat nanti bukumu benar-benar akan membawa angin perubahan besar dalam dunia ninja!